Powered By Blogger

Minggu, 22 November 2009

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Tentang Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitasaktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu bila kebutuha untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan / mendesak (Sardiman,2005:73).
Menurut Purwanto, motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu (2002:73).
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu
perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai oleh timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002:121).
Dari beberapa definisi motivasi tersebut, pada dasarnya mengandung
arti/maksud yang sama yaitu bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan
terjadinya suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan. Yang dimaksud motivasi
dalam hal ini adalah motivasi belajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan
seseorang untuk melakukan aktivitas belajar agar prestasi belajar dapat dicapai.
12
Motivasi mempunyai tiga komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara
apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut
merupakan inti dari pada motivasi (Dimyati. DKK, 2005:88).
Menurut sifatnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi/dorongan yang
dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai contoh orang yang
senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin
mencari buku-buku untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya
akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji pacar atau
temannya (Sardiman, 2005:90).
2.1.2 Fungsi Motivasi
Motivasi sangat berfungsi guna menumbuhkan kemauan dan semangat
belajar siswa.
Menurut Purwanto (1990, 70-71) fungsi dari motif adalah :
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat / bertindak. Motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
13
b. Motif itu menentuka arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan
atau cita-cita.
c. Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat agi tujuan itu.
Sedangkan menurut Hamalik (2000:175) fungsi motivsasi adalah:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapain tujuan
yang diinginkan.
c. Sebagi penggerak..Ia akan berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besarnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Dari kedua pendapat diatas jelas bahwa motivasi bukan saja penting
karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajarn hasil
belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.
2.1.3 Ciri-ciri motivasi
Dalam kegiatan belajar, motivasinyang ada pada setiap orang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (suka bekerja keras, terus-menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat untuk sukses.
14
4. Mempunyai orientasi ke masa yang akan datang.
(Sardiman.2005:83)
Jika seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang tersebut memiliki
motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi tersebut akan sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik,
bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan
hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak
pada sesuatu yang rutinitas.
2.1.4 Kebutuhan dan Teori Motivasi
Menurut Sardiman (2005:76) memberikan motivasi kepada seorang siswa,
berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan
sesuatu. Pada awalnya akan menyebabskan si subyek belajar merasa ada
kebutuhan dan ingin melakukan suatu kegiatan belajar. Menurut Morgan orang
hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berbuat sesuatu
untuk suatu aktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan
untuk mencapai hasil dan kebutuhan mengatasi kesulitan.
Beberapa teori motivasi yang selalu bergayut dengan kebutuhan yaitu:
1. Kebutuhab fisiologis seperti lapar , haus, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan
3. Kebutuhan tentang cinta kasih
4. kebutuhan untuk mewujudkan diri
Di samping itu teori-teori lain yang perlu di ketahui adalah:
15
1. Teori insting
Tokoh teori ini adalah Mc Dougal. Menurut teori ini tindakan mausia itu
selalu berkait dengan insting dan pembawaan, dalam memberikan respon
terhadap kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari.
2. Teori fisiologis
Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi
kepuasan dan kebutuhan organikatau kebutuhan untuk memenuhi
kepentingan fisik.
3. Teori Psikoanalitik
Tokoh teori ini adalah Freud. Menurut teori ini semua tindakan manusia
karena adanya unsur pribadi manusia yaitu Id dan Ego.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Berdasarkan fenomena yang ada, motivasi belajar tidak selamanya stabil.
Motivasi belajar dapat timbul tenggelam atau berubah disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini perlu diketahui oleh guru guna
memperkuat dan memelihara faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi dan
menghindari faktor-faktor yang melemahkan motivasi. Selain guru, motivasi
belajar juga dapat diperkuat oleh orang tua selaku orang yang bertanggung jawab
penuh terhadap anaknya. Apalagi untuk mata pelajaran akuntansi yang
didalamnya menuntut pengetahuan dan pemahaman saja, tetapi juga memerlukan
ketekunan, ketelitian serta kesabaran dalam mempelajarinya. Sehingga
membutuhka motivasi yang kuat guna memberikan semangat belajar terhadap
mata pelajatan akuntansi tersebut terutama oleh guru yang bersangkutan.
16
Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai
berikut:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar baik intrinsik maupun ekstrinsik.
Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa
Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugastugas
perkembangan. Keinginan seorang anak perlu dibarengi engan
perkembangan atau kecakapan mencapainya.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan kondisi rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yag sedang sakit. lapar,
marah-marah akan menggunggu perhatian balajar, dan sebaliknya.
d. Kondisi lingkungan
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu kondisi
lingkungan yang sehat kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu
dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan
indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Setiap siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidupnya. Dengan demikian maka
unsur-unsur yang bersifat labil tersebut mudah untuk dipengaruhi.
17
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah pndidik profesianal yang selalu bergaul dengan siswa. Intensistas
pergaulan dan bimbingan guru tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa siswa. Sehingga sebagai seorang yang profesional guru
harus mampu membelajarkan siswa secara bijaksana.
(Dimyati.dkk, 2005:97-100)
Motivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa karena
fugsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.
Dengan motivasi, pelajar dapat mengnbangkan aktivitas dan inisiatif, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (2005:92-950) ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan atau kompetensi
d. Ego-involvement
e. Memberi ulangan
f. Mengetahui hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat untuk belajar
j. Minat
k. Tujuan yang diakui
18
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator – indikator
dari motivasi adalah dalam penelitian ini adalah:
a. Minat terhadap pelajaran akuntansi
b. Tekun menghadapi tugas akuntansi
c. Ulet menghadapi kesulitan belajar
d. Senang memecahkan soal akuntansi
2.2 Kajian Tentang Metode Pembelajaran
2.2.1 Pengertian metode pembelajaran
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peranan
penting dalam KBM. Proses belajar mengajar akan berjalan baik kalau siswa lebih
banyak aktif dibanding guru. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta
didik akan ditentukan oleh kesesuaian penggunaan suatu metode. Hal ini
berarti bahwa tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila digunakan metode
yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang telah ditetapkan.
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum yang berfungsi
sebagai alat untuk mencapai tujuan (Rohani 2004:118). Semakin baik suatu
metode semakin efektif pula dalam pencapaiannya. Metode yang bervariasi
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan. Seorang guru tidak dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar .
Metode pembelajaran menurut Ahmadi (1997:52) adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
Dalam pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara
19
individual atau secara kelompok, agar pelajaran tersebut dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran
Dalam KBM, seorang guru tidak harus terpaku dengan satu metode saja,
tetapi guru sebaiknya menggunakan beberapa metode. Penggunaan metode yang
bervariasi dilakukan agar tidak terjadi kebosanan namun peserta didik tetap
menaruh perhatian selama PBM berlangsung.
Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan bila
penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya.
Oleh karena itu, kompetensi guru dalam hal ini sangat diperlukan untuk memilih
metode yang tepat. Sebab pemlihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak
selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Baik-tidaknya maupun tepat-tidaknya suatu metode
pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang menentukan
metode pembelajaran menurut Rohani (2004:118) antara lain: tujuan yang akan
dicapai, kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya,
keadaan peserta didik dan situasi yang melingkupinya.
Tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan sifat dan keluasan sesuatu
bahan pembelajaran dapat pula menjadi acuan untuk menerapkan suatu metode.
20
Demikian pula dengan kemampuan guru, suatu metode yang digunakan oleh guru
untuk mengajar haruslah dikuasai betul oleh dirinya. Sehingga guru perlu
memperhatikan keadaan peserta didik dan suasana kelas agar metode yang dipilih
dapat digunakan dengan tepat.
2.2.3 Syarat-syarat metode pembelajaran
Menurut Ahmadi (1997:53) syarat-sarat yang harus diperhatikan dalam
penggunaan metode mengajar adalah:
a. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau
gairah belajar siswa.
b. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
c. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
d. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
e. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang
nyata dan bertujuan.
g. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilainilai
dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara
bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
KBM yang berlangsung dalam lingkup pendidikan kejuruan harus
memungkinkan peserta didik menangani tujuan-tujuan tertentu untuk bidang
keahliannya, begitupula diharapkan dapat menanggulangi persoalan-persoalan
dalam kenyataan yang ada pada bidang profesinya. Cara atau metode mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yag
ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai baik pengetahuan,
keterampilan maupun sikap.
21
2.2.3 Macam-macam metode mengajar
Menurut Roestiyah seperti dikutip oleh Djamarh (2002:84) menyatakan
bahwa dalam KBM, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat berjalan
secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Banyak macam metode pembelajaran yang dapat digunakan. Masingmasing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode pembelajaran
dikatakan tepat dan baik jika dapat mendukung dan didukung oleh faktor-faktor
pembelajaran. Ditinjau dari segi penerapannya metode-metode mengajar ada
yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar maupun jumlah kecil, ada
juga yang tepat digunakan di dalam maupun di luar kelas.
Macam-macam metode pembelajaran antara lain:
2.2.3.1 Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru
dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa (Djamarah
2002:110). Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul
disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media serta memperhatikan
batas-batas kemungkinan dalam penggunaannya.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan metode ceramah adalah:
1. Kelebihan
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/ kelas.
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
22
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
2. Kekurangan
a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar
menerimanya.
c. Bila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.
d. Guru sukar untuk menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya.
e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.
2.2.3.2 Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab menurut Sudjana (2002:78) adalah metode mengajar
yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Adapun
kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika itu siswa ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang
kantuknya.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingat.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
23
2. Kekurangan
a. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani, menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
c. Waktu sering banyak terbuang, terutama bila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
d. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
2.2.3.3 Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Kelebihan dan
kekurangan dari metode diskusi adalah:
1. Kelebihan
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa,
dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.
2. Kekurangan
a. Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
24
b. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
2.2.3.4 Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang
disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah 2002:102).
Dengan metode ini, siswa dalam menerima materi akan lebih tertarik, karena
siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama proses
belajar berlangsung.
Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut:
1. Kelebihan
a. Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme.
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pembelajaran lebih menarik.
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
25
2. Kekurangan
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
b. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik.
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang .
2.2.3.5 Metode latihan (drill)
Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dan
keterampilan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa. Sebagai suatu metode
dalam pembelajaran, metode ini diakui mempunyai banyak kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dan kekurangannya adalah:
1. Kelebihan
a. Untuk memperoleh kecakapan mental dan motoris
b. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.
c. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta
kecepatan pelaksanaan.
d. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi
dalam pelaksanaannya.
e. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
kompleks, rumit menjadi lebih otomatis.
2. Kekurangan
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
26
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
e. Dapat menimbulkan verbalisme.
2.2.3.6 Metode pemberian tugas (resitasi)
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini tidak sama
dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas. Masalah tugas yang
dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah,
laboratorium, perpustakaan, di rumah ataupun dimana saja. Kelebihan dan
kekurangan dari metode pemberian tugas adalah:
1. Kelebihan
a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual
maupun kelompok.
b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
c. Dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa.
d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
2. Kekurangan
a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan sendiri atau tidak.
b. Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota
lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa.
27
2.2.3.7 Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah kelompok siswa yang mengerjakan pelajaran
secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan pengajaran (Ahmadi
1997:89). Kerja kelompok akan berjalan efektif dan efisien apabila kelompok
tersebut mempunyai tujuan tertentu, setiap anggota kelompok sadar dan mampu
menghayati peran sertanya, serta mau berpartisipasi sesuai dengan tujuan
kelompoknya.
Menurut Ahmadi (1997:91) manfaat adanya kerja kelompok adalah:
1. Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis dan
analitis siswa secara optimal.
2. Melatih siswa aktif, kreatif dan kritis dalam menghadapi setiap permasalahan.
3. Mendorong tumbuhnya sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain.
4. Mendorong tumbuhnya sikap demokrasi di kalangan siswa.
5. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat
secara objektif, rasional, dan sistematis dalam berargumentasi guna
menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama antar anggota kelompok.
6. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara
terbuka.
7. Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah.
8. Melatih kepemimpinan siswa.
9. Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi,
pendapat, dan pengalaman antar mereka.
10. Merupakan wadah yang efektif untuk kegiatan belajar mengajar.
Dari berbagai uraian diatas, indikator – indikator yang metode
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Membangkitkan motif dan minat siswa
2. Membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut
3. Mendidik belajar mandiri
4. Meniadakan verbalitas
28
2.3 Kajian Tentang Lingkungan Sekolah
2.3.1 Pengertian lingkungan sekolah
Lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh
kondisi yang ada didalam ruang yang kita tempat (Supardi,2003:2). Menurut
Yusuf (2001:54) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis malaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta
seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa
mengembangkan potensinya.
2.3.2 Unsur-unsur lingkungan sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah
merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan
berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan
suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial
diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Ini kita sebut kebudayaan
sekolah. Menurut Ahmadi (1991 : 187) menyatakan bahwa kebudayaan sekolah
itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier,
perlengkapan yang lain).
29
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang
menjadi keseluruhan program pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiriatas siswa, guru,
non teaching specialist dan tenaga administrasi.
4. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Sedangkan menurut Slameto (2003:64), “faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
2.3.2.1 Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
2.3.2.2 Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai pengaturan
waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus ditetapkan secara jelas dan tepat.
30
2.3.2.3 Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa
berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika
siswa membenci gurunya. Maka, ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
2.3.2.4 Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami
tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah
masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas
untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah
mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal
ini terjadi, segeralah siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat
diterima kembali ke dalam kelompoknya.
2.3.2.5 Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan
guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan
pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam
pelayanannya kepada siswa.
31
2.3.2.6 Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju.
Berdasarkan pendapat Slameto (2003:64) indikator – indikator dalam
lingkungan sekolah meliputi:
1. Relasi guru dengan siswa
2. Relasi siswa dengan siswa
3. Disiplin sekolah
4. Fasilitas sekolah
2.4 Kajian Tentang Lingkungan Keluarga
2.4.1 Pengertian lingkungan keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan masyarakat.. Pengalaman yang diperoleh baik yang didengar, dilihat
maupun yang dialami seringkali berpengaruh kuat terhadap perubahan perilaku
dan prestasi orang tersebut.
Lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh
kondisi yang ada didalam ruang yang kita tempat (supardi,2003:2).
32
Menurut Munib (2005:76) Secara umum lingkungan diartikan sebagi
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainya. Sedangkan Lingkungan
pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau
berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah,
ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas
ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi (Ahmadi,1991:167).
Jadi lingkungan keluarga adalah kesatuan ruang dengan semua benda
hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam kelompok sosial kecil
tersebut yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial
karena adanya ikatan darah.
Lingkungan pendidikan menurut Purwanto (2004:141) digolongkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama.
2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga
Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa anak pertama kali memperoleh
pendidikan di lingkungan keluarga. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar
waktu dan seseorang habiskan untuk berinteraksi engan keluarga. Melalui
interaksi tersebut seorang anak belajar untuk bersikap dan mengenal nilai-nilai
yang umum berlaku dalam masyarakat.
33
Menurut Ihsan (1997:17) keluarga adalah merupakan lingkungan pertama
bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh sadar.
Karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua , yang bersifat informal
dan kodrati. Keluarga bersifat informal dapat diartikan bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan tidak mempunyai program yang resmi seprti yang
dimiliki oleh lembaga pendidikan formal. Sedangkan keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati mengandung arti bahwa antara orang
tua sebagai pendidik dan anak saebagi terdidik terdapat hubungan darah.
2.4.2 Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga sebagai salah satu faktor ekstern yang mempegaruhi
prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2003:60-64) lingkungan keluarga terdiri
dari :
2.4.2.1 Cara orang tua mendidik
Cara orang tua dalam mendidik anak kemungkinan akan berpengaruh
terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan peran orang tua dalam memikul
tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, guru dan pemimpin bagi anakanaknya.
Peran dan tugas orang tua salah satunya dapat dilihat dari bagaimana
orang tua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan- kebiasaan baik yang
ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2.4.2.2 Relasi antara anggota keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak
dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua dengan anaknya atau anak
dengan anggota keluarga yang lain. Wujud relasi itu bisa berupa cara hubungan
34
penuh kasih sayang, pengertian, dan perhatian ataukah diliputi oleh rasa
kebencian, sikap terlalu keras, ataukah sikap acuh tak acuh. Dan relasi antara
anggota keluarga ini erat hubungannya dengan bagaimana orang tua dalam
mendidik anaknya.
2.4.2.3 Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut dapat tercipta apabila
dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak
atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu keadaan rumah juga
perlu ditata dengan rapi dan bersih sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan
sejuk yang memungkinkan anak lebih suka tinggal di rumah untuk belajar.
Dengan demikian suasana rumah yang tenang dan tentram dapat membantu
konsentrasi anak belajar di rumah. Harapan dan tujuan anak untuk meraih prestasi
belajar yang maksimal di sekolah kemungkinan juga akan terbantu.
2.4.2.4 Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makanan,
perlindungan, kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
alat-alat tulis, ruang belajar serta sarana pelengkap belajar yang lain. Fasilitas
tersebut dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai penghasilan yang cukup. Pada
keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang menyebabkan orang tua tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Namun, tak jarang faktor kesulitan
35
ekonomi justru bisa menjadi motivasi atau pendorong anak untuk menjadi lebih
berhasil.
2.4.2.5 Pengertian orang tua
Anak belajar perlu adanya dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar sebaiknya jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah, karena akan
membuat konsentrasi anak terbagi-bagi. Kadang-kadang anak mengalami lemah
semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.
2.4.3 Fungsi keluarga
Menurut Soelaeman (1994:85-114) fungsi keluarga ada beberapa jenis,
antara lain:
2.4.3.1 Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsimkeluarga yang berkaitan engan pendidikan
anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan aanggota keluarga pada
umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya,
melainkan menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari
upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan
dan pengelolaannya, penyediaan dana dan saranya, serta pengayaan wawasannya.
2.4.3.2 Fungsi Sosialisasi
Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup pengembangan
individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya
membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik.
36
Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan sebagai
penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial.
2.4.3.3 Fungsi Priteksi atau fungsi Perlindungan
Mendidik hakekatnya bersifat melidungi, yaitu melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang dari norma.
Selain itu fungsi juga melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan
lingkungan yang tidak baik yang mungkin mengancam dari lingkungan hidupnya,
lebih dalam lagi kehidupan dewasa ini serba kompleks.
2.4.3.4 Fungsi Afeksi Atau Fungsi Perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkungannya, juga berkomunikasi dengan
orang tuanya dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih kecil
yang masih kecil masih menghayati dunianya secara global dan belum
terdifferensiasikan. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan,
mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan
pendidikan anak dalam keluarga.
2.4.3.5 Fungsi Religius
Keluarga mempunyai fungsi religius, artinya kelurga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada
kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah
agama, melainkan untuk menjadi insan beragama, sebagai abdi yang sadar akan
kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan dan dilimpahi nikmat tanpa henti
sehingga menggugahnya untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk
mengabdi kapada Tuhan.
37
2.4.3.6 Fungsi Ekonomis
Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya serta
pembelanjaannya dan pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga
mempengaruhin pula harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan
anak itu sendiri. Keluarga yang keadaan ekonominya lemah menganggap anak
lebih sebagai beban hidup daripada pembawa kebahagiaan keluarga. Mereka yang
keadaan ekonominya kuat mempunyai lebih banyak kemungkinan memenuhi
kebutuhan material anak dibandingkan dengan keluarga yang ekonominya lemah.
Akan tetapi pelaksanaan tersebut belum menjamin pelaksanaan ekonomis
keluarga sebagaimana mestinya. Sebab pelaksanaan fungsi keluarga yang baik
tidak terutama tergantung dari banyaknya uang dan hadiah yang diberikan dan
kuantitatif penerimaan dan persepsi anak.
2.4.3.7 Fungsi Rekreasi
Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang
tenang damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai dan kepada yang
bersangkutan memberikan perasaan bebas terlepas dari segala ketegangan dan
kesibukan sehari-hari. Rekreasi itu memberikan ombangan dan keseimbangan
kepada penyaluran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang rutin dan
menimbulkan kebosanan.
2.4.3.8 Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuahan –
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna
melangsungkan kehidupannya. Keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari
38
rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan, bahkan juga kenyamanan dan
kesegaran fisik.
Dari uraian diatas jelas, bahwa lingkungan keluarga sangat penting bagi
siswa untuk memperoleh prestasi yang optimal. Maka berdasarkan pendapat
Slameto (2003:60-64) indikator – indikator lingkungan keluarga dalam penelitian
ini adalah:
1. Cara orang tua mendidik
2. Suasana rumah
3. Keadaan ekonomi keluarga
4. Pengertian orang tua
2.5 Kajian Tentang Prestasi Belajar
2.5.1 Pengertian belajar
Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, sikap maupun psikomotorik
(Darsono,2001:64). Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut:
” Belajar ialah suatu proses usaha yang seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
(Slameto,2003:3)
39
Dari kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam rangka mengembangkan diri
baik dalam aspek kogninif, sikap maupun psikomotorik sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan,
2.5.2 Teori-teori belajar
2.5.2.1 Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari macam-macam daya. Masingmasing
daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk
melatih suatu daya dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh
untuk melatih daya ingat dalam rangka belajar misalnya engan menghafal katakata
atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula dengan daya-daya yang lain.
Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan
hasil dari pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian maka seseorang
yang belajar itu akn berhasil.
2.5.2.2 Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagianbagian
atau unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu.
Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Menurut teori
ini memang mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah itu tergantung pada
pengamatan.
Belajar menurut ilmu jiwa gestalt, juga sangat menguntungkan untuk
kegiatan belajar memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan
40
konsep teori belajar yang dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan suatu
masalah diperlukan juga suatu pengamatan secara cermat dan lengkap.
2.5.2.3 Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri
dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori
yang sangat terkenal yaitu teori konektionisme dari Thorndhike dan teori
konditioning dari Pavlo.
2.5.2.4 Teori Konektionisme
Menurut Thorndike belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus
an respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu
hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus,
hubunan stimulus dan respon itu akan menjadi tersiasat otomatis.
2.5.2.5 Teori Conditioning
Menurut teori conditioning ini, seseorang akan melakukan sesuatu
kebiasaan karena adanya suatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng
kemudian berkumpul, tentara akan mengerjakan atau melakukan segala sesuatu
gerakan karena ada aba-aba dari komandannya, permainan sepak bola itu akan
terhenti kalau mendengar bunyi peluit.
2.5.2.6 Teori kontruktivisme
Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif
dari si subyek belajar untuk merekontruksi makna, sesuatu entah teks, kegiatan
dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi
41
dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan
pengertiannya menjadi berkembang.
Jadi menurut teori kontruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif
dimana si subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subyek belajar
juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
(Sardiman, 2005:30-37)
2.5.3 Prinsip-prinsip belajar
2.5.3.1 Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu kebutuhan,
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini
tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi mempunyai kaitan erat engan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap suatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demiian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang tersebut.
2.5.3.2 Keaktifan
Keaktifan anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
42
tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila
anak aktif mengalami sendiri.
2.5.3.3 Keterlibatan langsung / Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan dan tanggung jawab terhadap hasilnya.
2.5.3.4 Pengulangan
Prinsip belajar menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi
daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan makadaya-daya yang
dilatih dengan pengadaan akan menjadi sempurna.
2.5.3.5 Tantangan
Dalam belajar siswa menghadapi suatu tujuan belajar yang ingin dicapai
tetapi terdapat hambatan yaitu dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah
motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajat tersebut.
Apabila bahan itu telah diatasi, artinya tujuan telah tercapai maka ia akan masuk
dalam medan baru, demikian seterusnya. Agar anak timbul motif yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yan baru yang banyak mengandung masalah yang
perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
43
2.5.3.6 Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Dengan hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Nilai yang baik ini
merupakan penguatan positif. Sedangkan format sahian berupa tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar
mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini
akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
2.5.3.7 Perbedaan individual
Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada perbedaan karakteristik psikis, kepribadian dan sifatsifatnya.
Perbedaan individual ini berpengararuh pada cara dan hasil belajar siswa.
Contohnya dengan penggunaan atau strategi belajar mengajar yang bervariasi,
sehingga dapat melayani perbedaan-perbedaan kemampuan siswa. Disamping itu
dalam memberikan tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang maupun kurang akan merasa
berhasil didalm belajar.
(Dimyati, 2005:30-37)
2.5.4 Pengertian prestasi belajar
Menurut Tu’u (2004:75) prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang
ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil
44
belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau diperguruan
tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan
penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hal ini, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti
dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka
nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai guru dan
wali kelas serta arsip yang ada dibagian administrasi kurikulum sekolah. Selain
itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku
raport yang disampaikan pada waktu pembagian raportakhir semester atau
kenaikan / kelulusan.
Jadi, prestasi belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai
siswa dalam prosas pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari
sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat
45
penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapain hasil belajar siswa. Sudjana
(1990:23) mengatakan ”diantara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif dan
psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran”.
Karena itu, unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil belajar
dan nilai siswa.
Prestasi belajar dalam penelitian ini adalh rata-rata nilai ujian semester 1
dan 2 dari masing-masing kompetensi dalam mata diklat produktif akuntansi yang
diperoleh siswa kelas X SMK Bina Negara Gubug Kabupaten grobogan.
2.5.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berasal
dari dalm maupun dari luar diri siswa. Menurut Merson U. Siagalang dalam Tu’u
(2004:78) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa terdiri dari : kecerdasa,
bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga,
lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar”. (Kartini
Kartono,1990:1-6). Agar hal ini lebih jelas, diuaraikan berikut ini:
2.5.5.1 Faktor kecerdasan
Biasanya, kecerdasan hanya diangap sebagai kemampuan rasional
matematis. Rumusan diatas menunjukkan kecerdasan menyangkut kemampuan
yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memecahkan
problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan
lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya.
46
2.5.5.2 Faktor bakat
Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak
lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa, bakat
bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu
sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di bidang
ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya.
Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan
dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi.
2.5.5.3 Faktor minat dan perhatian
Minat adalah kencenderungan yang besar tehadap sesuatu. Perhatian
adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan
perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu
pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik.
2.5.5.4 Faktor motif
Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif
selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha seta kegiatan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motif
yang baik dan kuat, hal itu akan mmperbesar usaha dan kegiatannya mencapai
prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalm belajar akan memberi
dampak kurang baik bagi prestasi belajar.
47
2.5.5.5 Faktor cara belajar
Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar siswa. Cara
belajar yang efektif memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan
dengan cara belajar yang tiak efisien. Cara belajar yang efisien sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi sebelu dan pada saat belajar
2. Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima
3. Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha
menguasainya dengan sebaik-baiknya.
4. Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal
2.5.5.6 Faktor lingkungan keluarga
Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik kakak
siswa adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga
merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada
prestasi siswa. Maka orang tua sudah sepatutnya mendorong, memberi semangat,
membimbing dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Selain itu perlu
suasana hubungan dan komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak–
anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2.5.5.7 Faktor sekolah
Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar
memberi pengaruh pada prestasi belajar besar siswa. Oleh karena itu, sekolah
48
merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan
organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual,
disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana
kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi per orang di sekolah
berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup
memadai, siswa tertib disiplin. Maka, kondisi kondusif tersebut mendorong siswa
saling berkompetensi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil
belajar siswa akan lebih tinggi.
Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik,
pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam
pembelajaran , motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan
strategi pembelajaran variatif ytang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang
memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib ,
teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetensi siswa dalam
pembelajaran.
2.5.6 Faktor penghambat prestasi siswa
Menurut Sri Rahayu ”hambatan itu antara lain dapat berasal dari dalam
dirinya, tetapi juga dari luar dirinya” yang dikutip oleh Kartini Kartono (1990:61-
680) Tu’u (2004:83-85) faktor-faktor yang menghambat prestasi antara lain:
49
2.5.6.1 Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi sebagi berikut:
1. Faktor kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak
waktunya untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran. Prestasi
siswa ini kemungkinan belum dapat optimal. Karena itu, orang tua perlu
memperhatikan kesehatan anak-anaknya. Makanan yang bergizi perlu
mendapat perhatian.
2. Faktor kecerdasan
Siswa yang tingkat kecerdasannya rendah akan menyebabkan
kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat. Kalau dia berada
dalam kelas yang rata-rata tingkat kecerdasannya tinggi, kemungkinan akan
tercecer dalam pembelajaran. Hasil yang dicapainya pun belum sampai
optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya
kemajuan belajar siswa.
3. Faktor perhatian
Perhatian disini terdiri dari perhatian dalam belajar di rumah dan di
sekolah. Perhatian belajar di rumah kerapkali terganggu oleh acara televisi,
kondisi rumah dan kondisi keluarga. Perhatian belajar di sekolah terganggu
oleh kondisi kelas dan suasana pembelajaran, serta lemahnya upaya diri
berkonsentrasi. Perhatian yang kurang memadai tersebut akan berdampak
kurang baik bagi hasil pembelajaran.
50
4. Faktor minat
Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru tidak menimbulkan minat siswa
atau siswa sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran.
Hal ini akan membuat siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil
belajar tidak optimal.
5. Faktor bakat
Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa
sejak lahir. Apabila pembelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat
yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.
2.5.6.2 Penghambat dari luar
1. Faktor keluarga
Faktor ini dapat berupa faktor orang tua. Misalnya, cara orang tua
mendidik anak-anak yang kurang baik, teladan yang kurang, hubungan orang
tua yang kurang baik. Kemudian, faktor suasana rumah. Misalnya suasan
rumah yang ramai, hubungan keluarga kurang harmonis dan sering cekcok.
Terakhir, faktor ekonomi keluarga. Kalau ekonomi keluarga kurang, kebutuha
hidup dan perlengkapan belajar belum dapat dipenuhi dengan baik.
Sebaliknya, bila ekonomi keluarga sudah baik, kebutuhan hidup dan belajar
dapat dipenuhi serta dilengkapi bahkan melimpah. Dapat pula terjadi
perhatian anak pada belajar menjadi berkurang, kecenderungan bermain dan
santai meningkat. Ketiga faktor dalam keluarga tersebut kerap kali menjadi
penghambat bagi prestasi belajar siswa.
51
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran. Misalnya,
metode yang dipakai guru kurang sesuai dengan materi, monoton, kurang
variatif, sehingga kurang menarik dan membosankan siswa. Faktor hubungan
guru dengan murid kurang dekat. Biasanya kalau gurunya dibenci atau tidak
disukai, hasil belajar siswa kurang baik. Faktor hubungan siswa dengan siswa.
Apabila hubungan siswa kurang baik, hal itu akan mengganggu hasil belajar.
Faktor guru, meliputi mengajar terlalu cepat, suara kurang keras, penguasaan
materi kurang baik, penguasaan kelas rendah, dan terlalu banyak jam
mengajar. Hal itu akan mengganggu hasil belajar siswa. Faktor sarana
sekolah, misalnya gedung, ruangan, meja kursi, buku-buku, jika kurang
memadai, akan mengganggu hasil belajar. Begitu pula dengan lingkungan
yang ramai, misalnya pasar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, jalan raya.
3. Faktor disiplin sekolah
Bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh
tidak baik pada proses belajar anak. Misalnya, siswa yang tidak disiplin
dibiarkan, siswa yang disiplin dibiarkan juga. Akan timbul rasa ketidakadilan
pada para siswa.
4. Faktor masyarakat
Faktor media masa, misalnya acara televisi, radio, majalah, dapat
mengganggu waktu belajar. Faktor teman gaul yang kurang baik, misalnya
teman yang merokok, memakai obat-obat tropika, terlalu banyak bermain,
merupakn yang paling banyak merusak prestasi belajar dan perilaku siswa.
52
5. Faktor lingkungan tetangga
Misalnya, banyak penganggur, berjudi, mencuri, minum-minum, cara
berbicara kurang sopan. Lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
6. Faktor aktivitas organisasi
Bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain
menunjang hasil belajar, dapat juga mengganggu hasil belajar apabila siswa
tidak mengatur waktu dengan baik.
2.5.7 Prestasi belajar akuntansi
Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa
dengan kegiatan belajar secara efektif di sekolah, khususnya setelah siswa atau
individu mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan guru akuntansi
untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut baik faktor
internal maupun faktor eksternal dilakukan melalui pengalaman belajar mata
pelajaran akuntansi. Pencapaian prestasi belajar dalam mata pelajaran akuntansi
biasanya ditunjukkan dengan angka yang mencerminkan seberapa besar siswa
mampu menguasai materi yang telah diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.5.8 Mata pelajaran akuntansi
2.5.8.1 Pengertian akuntansi
Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat
memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi
keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis
53
dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Dengan informasi ini
pembaca laporan tidak perlu lagi mengunjungi suatu perusahaan atau melakukan
intervieu untuk mengetahui keadaan keuangannya, hasil usahanya maupun
memprediksi masa depan perusahaan ini. (Sofyan Syafri, 2004:3)
Sedangkan menurut Arnie fajar (2004:131) akuntansi merupakan mata
pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi
berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam
rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh
pelaku swasta (Akuntansi perusahaan), pemerintah (Akuntansi pemerintah),
ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi publik).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
suatu proses kegiatan mengolah data keuangan agar menghasilkan informasi
keuangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan atau organisasi ekonomi yang bersangkutan.
2.5.8.2 Fungsi dan tujuan akuntansi
Fungsi mata pelajaran akuntansi adalah mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan , sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur
pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan
laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar akuntansi
Keuangan (SAK).
Sedangkan tujuan mata pelajaran akuntansi untuk pembelajaran akuntansi
pada siswa kelas X SMK yaitu agar siswa mampu mengerjakan siklus akuntansi
perusahaan jasa dan dagang dalam skala kecil. Dimana tujuan itu dijabarkan lagi
54
menjadi beberapa tujuan khusus pada setiap kompetensi dan sub-sub kompetensi
yang diajarkan pada setiap pertemuan.
2.5.8.3 Karakteristik mata pelajaran akuntansi
Materi bidang studi akuntansi menurut kurikulum 2004 dalam depdiknas
(2002:3) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan
informasi yang bermanfaat. Seperangkat pengetahuan tersebut merupakan
suatu sisten pencatatan, penggolongan , pengklasifikasian transaksi keuangan
pada entitas usahaguna menghasilkan laporan keuangan yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusanekonomis oleh pihak-pihak
yang berkepentingan baik investor, kreditor, pemerintah, manajemen,
karyawan dan masyarakat luas.
2. Materi akuntansi berupa pokok bahasan dari pengertian akuntansi secara
umum, pencatatan transaksi keuangan , penyusunan laporan keuangan baik
perusahaan jasa, dagang, atau koperasi sampai pada analisis laporan
keuangan.
3. Pokok-pokok bahasan tersebut diurutkan sesuai dengan sekuensial proses
akuntansi dari bukti transaksi sampai laporan keuangan.Di mulai dari pada
transaksi pada perusahaan jasa yang relatif lebih mudah sampai perusahaan
manufaktur yang komplek . (Depdiknas,2003:3)
Materi akuntansi yang dipelajari di kelas X SMK Bina Negara Gubug
Kabuparen Grobogan meliputi 5 kompetensi yaitu Mengerjakan persamaan dasar
akuntansi, Mengelola bukti transaksi, Mengelola buku jurnal, Mengelola buku
55
besar serta Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan
dagang.
2.6 Kerangka Berpikir
Belajar adalah salah satu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia
untuk mencapai perubahan yang disebut hasil belajar. Perubahan yang dimaksud
tentu bersifat positif yang membantu proses perkembangan. Menurut Winkel
dalam Darsono (2001:4) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental /
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang
menghasilan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap.
Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa baik faktor yamg berasal dari diri siswa seperti kesehatan, kecerdasan,
bakat, minat, motivasi maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
lingkungan dan alat instrument (kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan
faslitas serta guru / pengajar).
Dalam KBM, interaksi guru siswa dominan sehingga peran guru sangat
penting dan akan mempengaruhi prstasi belajar siswa. Guru mempunyai tugas
untuk mendorong, membimbing, dan memberikan pengajaran dengan baik bagi
siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan
siswa (Slameto,2003:79). Kegiatan guru dalam belajar mengajar perlu
diperhatikan . Kegiatan guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan metode
pembelajaran yang digunakan sehingga mampu membangkitkan motivasi siswa.
56
Metode pembelajaran adalah alat untuk menjembatani penyampaian materi
kepada siswa. Guru harus mempunyai suatu metode pembelajaran di dalam
kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan
termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga tercapai hasil
yang optomal. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru akuntansi dalam
penyampaian materi / bahan pelajaran akuntansi sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar akuntansi. Guru harus dapat menggunakan beberapa metode
pembelajaran yang dipilih dengan baik, bervariasi dan tidak monoton sehingga
dapat menciptakan situasi belajar yang kondusif dan aktif di dalam kelas.
Dengan memperhatikan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam penyampaian materi pelajaran maka secara tidak langsung dapat membuat
siswa lebih termotivasi dan senang dalam mengikuti pelajatran khususnya
pelajaran akuntansi.Seperti yang kita ketahui motivasi merupakan salah satu
faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar. Motivasi merupakan usaha
yang disadari guru untuk menimbulkan dorongan pada diri siswa untuk tujuan
belajar. Motivasi bukan saja penting karena menjadi penyebab belajar namun juga
memperlancar belajar. Menumbuhkan motivasi terhadap sesuatu pada dasarnya
adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini
berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhankebutuhannya.
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk
mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat
57
bahwa hasil pengalaman belajarnya akan kemajuan pada dirinya kemungkinan
besar ia akan termotivasi untuk belajar.
Terlepas dari faktor diatas lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah
merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pencapain
prestasi belajar siswa. Siswa senantiasa berhadapan dengan lingkungan keluarga
dan merupakan anggota keluarga. Dalam keluarga seorang anak akan berinteraksi
dengan orang tua. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan prestasi belajar
anaknya dengan menciptakan suasana yang menyenangkan di lingkungan
keluarga, menyediakan fasilitas belajar yang memadai serta memberikan perhatian
baik secara fisik maupun psikologis. Begitu juga lingkungan sekolah memberikan
kontribusi besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah
yang baik akan menciptakan tempat belajar yang menyenangkan yaitu dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas belajar, sarana dan prasarana yang memadai serta
faktor guru yang merupakan faktor dominan dalam PBM harus senantiasa
menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa.
Kondisi lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah yang memadai
dan menyenangkan akan menimbulkan motivasi belajar siswa sehingga siswa
akan memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dan sebaliknya, tanpa dadanya
kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang memadai dam
menyenagkan akan menimbulkanrendahnya motivasi untuk melakukan belajar
sehingga prestasi yang dicapai tidak optimal.
58
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat
disederhanakan :
Gambar 1. Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh positif, metode pembelajaran terhadap motivasi
2. Ada pengaruh positif, lingkungan sekolah terhadap motivasi
3. Ada pengaruh positif, lingkungan keluarga terhadap motivasi
4. Ada pengaruh positif, motivasi terhadap prestasi belajar akuntansi
5. Ada pengaruh positif, metode pembelajaran terhadap prestasi belajar
akuntansi.
6. Ada pengaruh positif, lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar akuntansi.
7. Apengaruh positif, lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi.
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
Motivasi
Belajar Prestasi
Belajar
Metode
Pembelajaran
5 9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. apabila peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Makanya
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto.2002:108). Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan akuntansi
SMK Bina Negara Gubug Kabupaten Grobogan yang berjumlah 100 siswa yang
terbagi dalam dua kelas yaitu kelas AK1 yang berjumlah 50 siswa dan kelas AK2
yang berjumlah 50 siswa.
Dalam penelitian ini tidak ada sampel, karena metode yang digunakan
dalam penelitian adalah Struktural equation modeling. Dalam metode ini ukuran
sampel yang digunakan adalah minimum berjumlah 100 (Ferdinan, 2005:80)
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka seluruh populasi tersebut digunakan
sebagai subyek penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas lima variabel yaitu tiga variable
bebas yang terdiri dari metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga. Satu variable antara yaitu motivasi dan satu variable terikat yaitu
prestasi belajar.
60
Adapun indikator masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Motivasi (MB)
a. Minat terhadap pelajaran akuntansi (MB1)
b. Tekun menghadapi tugas pelajaran akuntansi (MB2)
c. Ulet menghadapi kesulitan belajar (MB3)
d. Senang memecahkan soal-soal akuntansi (MB4)
2. Metode pembelajaran (MP)
a. Membangkitkan motif dan minat siswa (MP1)
b. Keinginan belajar lebih lanjut (MP2)
c. Mendidik belajar mandiri (MP3)
d. Meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi (MP4)
3. Lingkungan sekolah (LS)
a. Relasi guru dengan siswa (LS1)
b. Relasi siswa dengan siswa (LS2)
c. Disiplin sekolah (LS3)
d. Fasilitas sekolah (LS4)
4. Lingkungan keluarga (LK)
a. Cara orang tua mendidik (LK1)
b. Suasana rumah (LK2)
c. Keadaan ekonomi keluarga (LK3)
d. Pengertian orang tua (LK4)
61
5. Prestasi belajar akuntansi (PB) siswa kelasX SMK Bina Negara Gubug, Kab.
Grobogan, yang ditunjukkan dari nilai rata-rata tes sumatif mata pelajaran
produktif akuntansi semester 1 dan semester 2.
Indikator dari variabel ini adalah
a. Mengerjakan persamaan dasar akuntansi
b. Mengelola bukti transaksi
c. Mengelola buku jurnal
d. Mengelola buku besar
e. Menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Angket/ kuesioner
Angket / kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto.2002:128). Dalam penelitian ini angket
digunakan untuk memperoleh data tentan motivasi, lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup,
3.3.2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabelyang
berupa catatan , transkip, buku surat kabar dan majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data perolehan
nilai rata-rata untuk pelajaran akuntansi setiap siswa.
3.4 Uji Kualitas Angket Penelitian
62
Sebelum mengambil data penelitian maka instrumen perlu diuji coba
terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah yang diambil setelah uji coba angket
adalah sebagai berikut:
3.4.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang didinginkan. (Arikunto.2002.144). Validitas yang digunakan
dalam penelitian meliputi uji validitas faktor (konvergen) dan uji validitas
diskriminan.
3.4.1.1 Analisis Validitas Faktor (Konvergen)
Uji ini merupakan suatu analisis untuk menguji apakah indikator-indikator
betul-betul merupakan indikator konstruk. Dalam perhitungannya dapat
meggunakan program SPSS release 10 dengan memilih menu analyse, kemudian
pilih sub menu data reduction dan pilih faktor. Hasil analisis tersebut akan
diperoleh nilai KMO and Bartlettt’s test of sphericity. Apabila nilai KMO MSA
lebih besar dari 0,5, maka dapat disimpulkan bahwa analisis faktor dapat
dilanjutkan (Imam Ghozali, 2005: 50). Tahap selanjutnya dari analisis ini
diperoleh tampilan component matrix dan nilai communalities. Apabila nilai-nilai
communalities > 0,5, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut valid. Hasil
analisis validitas faktor dapat dilihat pada tabel berikut.
63
Tabel 1
Analisis Faktor
Variabel Indikator KMO Communalities Keterangan Kriteria
Motivasi
Belajar
MB1
MB2
MB3
MB4
0.801
0.717
0.705
0.721
0.542
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
Valid
Valid
Valid
Valid
Metode
Pembelajaran
MP1
MP2
MP3
MP4
0,773
0.664
0.590
0.766
0.717
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
Valid
Valid
Valid
Valid
Lingkungan
Sekolah
LS1
LS2
LS3
LS4
0,791
0.695
0.528
0.688
0.794
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
Valid
Valid
Valid
Valid
Lingkungan
Keluarga
LK1
LK2
LK3
LK4
0,753
0.611
0.594
0.670
0.681
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: data primer diolah tahun 2006
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai KMO lebih besar dari 0,5 dan
nilai communalities >0,5, yang berarti indikator-indikator tersebut Valid.
3.4.1.2 Analisis Validitas Diskriminan
Dalam uji validity selain menggunakan uji convergent validity juga
menggunakan diskriminan validity. Validitas diskriminan dapat dicapai bila nilai
chi-square pada model yang tidak dikonstrain lebih rendah dari pada yang
dikonstrain ( Ferdinand, 2005:305). Dari perhitungan menggunakan AMOS 5,
hasil komputasinya sebagai berikut:
64
Tabel 2
Uji validitas Diskriminan
Pasangan Free model Constrain model =1,0
Konstruk χ2 df Prob χ2 df Prob Beda χ2
MP-MB 131.226 25 0.000 173.421 26 0.000 42.195
LS-MB 139.872 26 0.000 175.646 26 0.000 35.774
LK-MB 144.115 25 0.000 154.201 26 0.000 10.086
LS-MP 31.254 23 0.117 38.390 24 0.032 7.136
LK-MP 34.588 25 0.096 55.393 26 0.001 20.805
LK-LS 33.837 25 0.111 46.793 26 0.007 12.956
3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai
alat pengumpul data. Reliabilitas ini dapat dinilai dengan menghitung reliabilitas
instrumen yang digunakan (composite reliability) dari model SEM yang
dianalisis. Composite reliability dapat dihitung dengan rumus berikut
( )
( )2 ( )2
2
. .
.
Re
Σ Σ
Σ
+
=
Std Loading Measurement Error
Std Loading
Construct liability
( Ferdinand,2005 :309)
Hasil analisis reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel
Indikator
Estimate
Sum
standarized
loading
Measurement
Error
Sum
Measure
ment
Error
Construct
Reliability Ket Kriteria
MB1 0.798 0.363
MB2 0.793 0.371
Motivasi MB3 0.789 0.377
belajar MB4 0.616 2.996 0.621 1.732 0.838 > 0,7 Reliabel
Metode MP1 0.761 0.421
pembel MP2 0.642
3.038
0.588
1.667 0.847 > 0,7 Reliabel
65
ajaran MP3 0.869 0.245
MP4 0.766
0.413
LS1 0.751 0.436
LS2 0.596 0.645
LS3 0.77 0.407
Lingkun
gan
sekolah LS4 0.897 3.014 0.195 1.683 0.844 > 0,7 Reliabel
LK1 0.699 0.511
LK2 0.668 0.554
LK3 0.744 0.446
Lingkun
gan
keluarg
a LK4 0.77 2.881 0.407 1.919 0.812 > 0,7 Reliabel
Keterangan:
Sum Standardized Loading:
Motivasi Belajar = 0,798+0,793+0,789+0,616 = 2,996
Metode Pembelajaran = 0,761+0,642+0,869+0,766 = 3,038
Lingkungan Sekolah = 0,751+0,596+0,770+0,897 = 3,014
Lingkungan Keluarga = 0,699+0,668+0,744+0,770 =2,881
Measurement error = 1- (Standardized loading)2
Sum Measurememt error :
Motivasi belajar = 0,363+0,371+0,377+0,621 = 1,732
Metode pembelajaran = 0.421+0,588+0,245+0,413 = 1,667
Lingkungan sekolah = 0,436+0,645+0,407+0,195 = 1,683
Lingkungan keluarga = 0,511+0,554+0,446+0,407 = 1,919
Construct Reliability=
( )
(Σ ) Σ
Σ
S dardized + Measurementerror
S dardized
2
2
tan
tan
Motivasi belajar = 0,838
2,996 1,732
2,996
2
2
=
+
Metode pembelajaran = 0,847
3,038 1,667
3,038
2
2
=
+
66
Lingkungan sekolah = 0,844
3,014 1,683
3,014
2
2
=
+
Lingkungan keluarga = 0,812
2,881 1,919
2,881
2
2
=
+
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas diperoleh koefiosien realibilitas >
0,7; sehingga dapat disimpulkan bahwa angket penelitian mempunyai
kekonsistensian yang tinggi untuk pengambilan data.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengolahhasil penelitian gunamemperoleh suatu kesimpulan
3.5.1 Analisis Deskriptif prosentase
Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing indikator
dalam setiap variabel. Rumus yang digunakan:
% = x100%
N
n
Keterangan:
n = Nilai yang diperoleh
N = Jumlah nilai total
% = Persentase
Setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu diklasifikasi
dan diberi skor/ nilai yaitu:
Skor 4 jika jawaban a
Skor 3 jika jawaban b
Skor 2 jika jawaban c
67
Skor 1 Jika jawaban d
Adapun skala interval yang digunakan yaitu:
81,25% < X% ≤ 100,00% Sangat tinggi
62,50% < X% ≤ 81,25% Tinggi
43,75% < X% ≤62,50% Rendah
25,00% < X% ≤43,75% Sangat rendah
Kriteria Prestasi belajar sebagai berikut.
Nilai < 7,00 Belum tuntas
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas amat baik
3.5.2 Analisis Konfirmatori
Analisis konfirmatori digunakan untuk menguji sebuah konsep yang
dibangun dengan menggunakan beberapa indikator terukur. Uji kesesuaian model
konfirmatori diuji menggunakan goodnes-of-fit Indices yang meliputi chi-square,
probability, RMSEA, TLI, GFI, CFI dan CMIN/DF.
3.5.3 Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling)
Analisis ini digunakan untuk mengestimasi suatu seri/ deret hubungan
dependensi secara simultan menjadi suatu variabel bebas didalam hubungan
dependensi selanjutnya (Supranto 2004:220). Karena terdiri dari banyak
persamaan yang meliputi banyak variabel dimana variabel dependen dari satu
68
persamaan bisa menjadi independen pada persamaan lainnya maka digunakan
analisis persamaan struktural (SEM).
Analisis SEM digunakan untuk mengetahui hubungan struktural antar
variabel yang diteliti. Hubungan struktural antar variabel dapat dilihat dari
diagram jalur (path diagram) yang ditunjukkan pada gambar.
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
Motivasi
Belajar Prestasi
Belajar
z2
1
z1
1
Metode
Pembelajaran
( Ferdinand 2005: 164)
Gambar 2
Diagram Alur Pengaruh motivasi belajar, metode pembelajaran, lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar akuntansi
Prosedur dari diagram di atas sebelum diagram jalur tersebut
diterjemsahkan ke dalam persamaan struktural (structural equation), kesesuaian
model dievaluasi terlebih dahulu dengan berbagai kriteria SEM. Asumsi-asumsi
yang harus dipenuhi dalam prosedur pengolahan data yang dianalisis dengan
pemodelan SEM adalah:
1. Normalitas
69
Normalitas univariate dievaluasi dengan menggunakan tabel yang
dihasilkan dari penggunaan program AMOS 5. Dari pengujian dapat disimpulkan
apakah ada bukti atau tidak kalau data yang digunakan mempunyai sebaran yang
tidak normal. Dengan mengguankan kriteria nilai kritis (critical ratio) sebesar ±
1,96 pada tingkat signifikansi 0,05 atau ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,10. Jika
critical ratio yang dihasilkan dalam tabel masing-masing variabel lebih kecil atau
sama dengan ± 1,96 atau ± 2,58 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada bukti
kalau data yang digunakan mempunyai sebaran yang tidak normal.
2. Outlier
Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi
(Hair dkk 1995, Ferdinand 2002:97). Evaluasi atas munculnya outliers dengan
menggunakan observasi yang mempunyai z-score ≥ ± 3,0 akan dikategorikan
sebagai univariate outliers.
Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kesesuaian model. Dalam
analisis SEM digunakan beberapa uji statistik untuk menguji hipotesis dari model
yang dikembangkan. Uji statistik yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesesuaian model dalam penelitian ini adalah::
a. χ2- Chi Square Statistic
Alat uji statistik ini digunakan untuk menguji adanya perbedaan antara
matriks kovarians populasi dan matriks kovarians sampel. Model yang dijui akan
dipandang baik atau memuaskan bila niali chi-squarenya rendah. Semakin kecil
70
nilai χ 2 semakin baik model tersebut. Karena dalam uji beda chi-square, χ 2 = 0
yang berarti benar-benar tidak ada perbedaan.
b. RMSEA (The root Mean Square Error of Approximation)
Indeks ini diperlukan untuk mengkompensasi niali chi-square pada ukuran
sampel yang besar. Nilai RMSEA yamg lebih kecil atau sama dengan 0,08
merupakan indeks untuk diterimanya model.
c. GFI (Goodnes Of Fit Indeks)
Rentang nilai GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect
fit). Nilai yang mendekati 1 dalam indeks ini menunjukkan tingkat kesesuaian
yang baik.
d. CMIN/DF
CMIN/ DF tidak lain adalah χ2 – relatif karena χ2 dibagi dfnya. Nilai χ2–
relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikator dari
acceptable fit antara model dengan data.
Dengan demikian indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji
kelayakan sebuah model adalah seperti diringkas dalam tabel berikut
71
Tabel 4
Goodness-of-fit-indices
Goodness of fit index Cut-off value
χ2 – Chi Square
Significance Probability
RMSEA
GFI
AGFI
CMIN/ DF
Diharapkan kecil
≥ 0,05
≤ 0,08
≥ 0,90
≥ 0,90
≤ 2,00
(Ferdinand.2005:84)
7 1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Responden penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK Bina
Negara Gubug 100 siswa yang terbagi dalam dua kelas yakni kelas X-AK1
sebanyak 50 siswa dan kelas X-AK2 sebanyak 50 siswa.
4.2 Deskriptif variabel penelitian
4.2.1 Motivasi Belajar
Gambaran tentang motivasi belajar siswa dapat dilihat dari analisis
deskriptif berikut.
Tabel 5
Deskriptif Motivasi Belajar
No Indikator Mean Kriteria
1 Minat terhadap pelajaran akuntansi 68.05 Tinggi
2 Tekun menghadapi tugas akuntansi 69.35 Tinggi
3 Ulet menghadapi kesulitan belajar 64.25 Tinggi
4 Senang memecahkan soal akuntansi 53.10 Rendah
Total 63.69 Tinggi
Rata-rata motivasi belajar akuntansi dari 100 siswa sebesar 63,69 berada
pada interval 62,51-81,25 dalam kategori tinggi. Jika dilihat lebih lanjut dari
setiap indikatornya menunjukkan bahwa rata-rata minat terhadap pelajaran
akuntansi, ketekunan dalam menghadapi tugas akuntansi dan keuletan
menghadapi kesulitan belajar tergolong tinggi, namun masih rendah tingkat
kesenangannya memecahkan soal akuntansi. Gambaran tentang motivasi belajar
akuntasi secara umum dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti tercantum
pada tabel berikut.
72
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat tinggi 13 13
2 62,51 – 81,25 Tinggi 43 43
3 43,76 – 62,50 Rendah 25 25
4 25,00 – 43,75 Sangat rendah 19 19
Total 100 100
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata 43% siswa memiliki motivasi
belajar yang tinggi bahkan 13% dalam kategori sangat tinggi, namun masih ada
25% yang masih memiliki motivasi belajar yang rendah bahkan 19% dalam
kategori sangat rendah. Jika diakumulasikan siswa yang memiliki motivasi rendah
dan sangat rendah mencapai 44% artinya hampir separuh dari seluruh siswa
memiliki masalah dalam motivasi belajarnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut.
Motivasi Belajar
Sangat
rendah
19.0%
Sangat
tinggi
13.0%
Rendah
25.0%
Tinggi
43.0%
Gambar 3
Motivasi belajar siswa
Lebih jelasnya gambaran tentang motivasi belajar siswa dapat dilihat dari
analisis deskritif dari setiap indikator meliputi, minat terhadap pelajaran
73
akuntansi, tekun menghadapi tugas akuntansi, ulet menghadapi kesulitan belajar,
dan kesenangan dalam memecahkan soal akuntansi.
4.2.1.1 Minat Terhadap Pelajaran Akuntansi
Gambaran tentang minat siswa terhadap pelajaran akuntansi dapat dilihat
dari analisis deskriptif berikut.
Tabel 7
Distribusi frekuensi minat terhadap pelajaran akuntansi
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat tinggi 25 25
2 62,51 – 81,25 Tinggi 41 41
3 43,76 – 62,50 Rendah 20 20
4 25,00 – 43,75 Sangat rendah 14 14
Total 100 100
Berdasarkan tabel 7 tersebut diperoleh informasi bahwa sebanyak 41%
siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akuntansi dan 25% dalam
kategori sangat tinggi. Namun demikian masih ada 20% yang memiliki minat
yang rendah dan 14% sangat rendah. Jika diakumulasikan sekitar sepertiga dari
seluruh siswa kurang berminat terhadap pelajaran akuntansi.
4.2.1.2 Tekun Menghadapi Tugas Akuntansi
Gambaran tentang ketekunan siswa dalam menghadapi tugas akuntansi
dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13
Distribusi frekuensi ketekunan menghadapi tugas akuntansi
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat tinggi 30 30
2 62,51 – 81,25 Tinggi 35 35
3 43,76 – 62,50 Rendah 21 21
4 25,00 – 43,75 Sangat rendah 14 14
Total 100 100
74
Terlihat dari tabel 13 di atas secara umum 30% siswa sangat tekun dan
35% tekun menghadapi tugas akuntansi, namun masih ada 21% yang memiliki
ketekunan yang rendah dan 14% dalam kategori sangat rendah. Jika
diakumulasikan sebanyak 35% siswa kurang tekun ketika menghadapi tugas-tugas
yang diberikan guru.
4.2.1.3 Ulet Menghadapi Kesulitan Belajar
Gambaran tentang keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar
dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
Tabel 19
Distribusi frekuensi keuletan kesulitan belajar
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat tinggi 16 16
2 62,51 – 81,25 Tinggi 41 41
3 43,76 – 62,50 Rendah 31 31
4 25,00 – 43,75 Sangat rendah 12 12
Total 100 100
Terlihat dari tabel 19 di atas, sebanyak 41% siswa memiliki tingkat
keuletan yang tinggi dan 16% dalam kategori sangat tinggi, namun masih ada
31% memiliki keuletan yang rendah dan 12% dalam kategori sangat rendah. Dari
data di atas menunjukkan bahwa hampir separuh dari seluruh siswa kurang ulet
dalam menghadapi kesulitan belajar.
4.2.1.4 Senang Memecahkan Soal-Soal Akuntansi
Gambaran tentang kesenangan siswa memecahkan soal-soal akuntansi
dapat dilaihat pada tabel berikut.
75
Tabel 25
Distribusi frekuensi kesenangan memecahkan soal-sal akuntansi
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat tinggi 13 13
2 62,51 – 81,25 Tinggi 13 13
3 43,76 – 62,50 Rendah 38 38
4 25,00 – 43,75 Sangat rendah 36 36
Total 100 100
Terlihat pada tabel 25 di atas, sebanyak 38% siswa memiliki tingkat
kesenangan yang rendah dalam memecahkan soal-soal akuntansi dan 36% dalam
kategori sangat rendah.
4.2.2 Metode pembelajaran
Gambaran tentang metode pembelajaran yang digunakan guru akuntansi di
SMK Bina Negara Gubug Grobogan dapat dilihat pada tabel 31 berikut.
Tabel 31
Deskriptif Metode Pembelajaran
No Indikator Mean Kriteria
1 Membangkitkan minat dan motif belajar 71.31 Tinggi
2 Membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut 58.92 Rendah
3 Mendidik belajar mandiri 76.63 Tinggi
4 Meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi 66.00 Tinggi
Total 67.93 Tinggi
Terlihat pada tabel 31 di atas, rata-rata penggunaan metode pembelajaran
dalam kategori tinggi yaitu mencapai 67,93. Dilihat dari setiap indikatornya,
ternyata dalam membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut masih dalam
kategori rendah dengan rata-rata 58,92, sedangkan pada indikator lainnya
tergolong tinggi seperti membangkitkan minat dan motif belajar sebesar 71,31,
mendidik belajar mandiri sebesar 76,63, meniadakan verbalitas dalam
penyampaian materi sebesar 66. Lebih lanjut gambaran tentang metode
76
pembelajaran yang digunakan oleh guru akuntansi menurut persepsi siswa dapat
dilihat pada tabel 32 berikut.
Tabel 32
Diatribusi frekuensi persepsi siswa tentang Metode Pembelajaran
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 20 20
2 62,51 – 81,25 Baik 44 44
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 28 28
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 8 8
Total 100 100
Berdasarkan hasil penelitian ternyata 44% siswa menyatakan bahwa metode
pembelajaran guru dalam kategori baik dan 20% siswa menyatakan sangat baik,
namun masih ada 28% yang menyatakan kurang baik dan 8% menyatakan tidak
baik.
Metode Pembelajaran
Sangat
rendah
8.0%
Sangat
tinggi
20.0%
Rendah
28.0%
Tinggi
44.0%
Gambar 4
Diagram Pie Metode Pembelajaran
4.2.2.1 Membangkitkan Minat dan Motif Belajar
Metode pembelajaran yang baik harus dapat membangkitkan minat dan
motif siswa dalam belajar. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata hampir
sepertiga bagian dari siswa menyatakan bahwa guru kurang mampu
77
membangkitkan minat dan motivasi belajar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 33 berikut.
Tabel 33
Diatribusi frekuensi persepsi siswa tentang membangkitkan minat dan motiv
belajar
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 23 23
2 62,51 – 81,25 Baik 43 43
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 24 24
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 10 10
Total 100 100
Berdasarkan tabel 33 di atas terlihat bahwa sebanyak 43% siswa
menyatakan bahwa gurunya sudah mampu membangkitkan minat dan motiv
belajar dengan baik bahkan 23% menyatakan sangat baik, namun sebanyak 24%
siswa masih merasa kurang baik dan 10% menyatakan tidak baik.
4.2.2.2 Membangkitkan Keinginan Belajar Lebih Lanjut
Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru hendaknya dapat
membangkitkan keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, karena itu, materi
yang disampaikan oleh guru serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru,
hendaknya mampu membantu siswa untuk lebih memahami akuntansi.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
memiliki persepsi yang baik tentang metode pembelajaran yang digunakan guru
yaitu mampu membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut, namun demikian ada
54% siswa yang merasa bahwa gurunya kurang membangkitkan keinginan
belajar.
78
Tabel 38
Diatribusi frekuensi persepsi siswa tentang membangkitkan keinginan belajar
lebih lanjut
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 12 12
2 62,51 – 81,25 Baik 34 34
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 27 27
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 27 27
Total 100 100
Terlihat pada tabel 38 di atas, sebanyak 34% siswa menyatakan bahwa
gurunya sudah mampu membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut dengan biak
dan 12% siswa menyatakan sangat baik, namun sebanyak 27% menyatakan
kurang baik dan 27% menyatakan tidak baik.
4.2.2.3 Mendidik Belajar Mandiri
Metode pembelajaran hendaknya juga dapat mendidik siswa untuk
belajar mandiri dan tidak selalu tergantung dari materi yang disampaikan guru.
Tabel 42
Diatribusi frekuensi persepsi siswa tentang mendidik belajar mandiri
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 50 50
2 62,51 – 81,25 Baik 18 18
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 29 29
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 3 3
Total 100 100
Terlihat pada tabel 42 di atas, sebanyak 50% siswa menyatakan bahwa
gurunya mampu mendidik belajar mandiri dengan sangat baik dan 18%
menyatakan baik, namun demikian masih ada 29% merasa kurang baik dan 3%
menyatakan tidak baik.
79
4.2.2.4 Meniadakan Verbalitas dalam Penyampaian Materi
Menghindari verbalitas dalam penyampaian materi adalah sangat
penting, apalagi dalam penyampaian materi akuntansi. Untuk menghindari
verbalitas guru dapat menggunakan alat peraga atupun contoh-contoh saat
menyampaikan materi agar siswa lebih paham. Lebih lanjut gambaran tentang
kemampuan guru dalam meniadakan verbalitas dapat dilihat pada tabel 45 berikut.
Tabel 45
Diatribusi frekuensi persepsi siswa tentang meniadakan verbalitas dalam
penyampaian materi
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 21 21
2 62,51 – 81,25 Baik 17 17
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 57 57
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 5 5
Total 100 100
Terlihat pada tabel 45 di atas, sebanyak 57% siswa menyatakan bahwa
gurunya mampu meniadakan verbalitas dalam kategori kurang baik, namun
terdapat 17% yang menyatakan baik dan 21% menyatakan sangat baik.
4.2.3 Lingkungan sekolah
Gambaran tentang lingkungan sekolah menurut persepsi siswa di SMK
Bina Negara Gubug dapat dilihat analisis deskriptif pada tabel 48 sebagai berikut.
Tabel 48
Deskriptif Lingkungan Sekolah
No Indikator Mean Kriteria
1 Relasi siswa dengan guru 69.83 Tinggi
2 Relasi siswa dengan siswa 75.50 Tinggi
3 Disiplin sekolah 76.33 Tinggi
4 Fasilitas sekolah 69.88 Tinggi
Total 72.86 Tinggi
80
Rata-rata kondisi lingkungan sekolah menurut persepsi siswa dalam
keadaan tinggi dengan rata-rata sebesar 72,86 berada pada interval 62,51- 81,25
dalam kategori tinggi. Rata-rata relasi siswa dengan guru sebesar 69,83, relasi
siswa dengan siswa sebesar 75,50, disiplin sekolah sebesar 76,33 dan fasilitas
sekolah sebesar 69,88 dalam kategori tinggi. Lebih jelasnya gambaran tentang
lingkungan sekolah dapat dilihat dari distribusi frekuensi pada tabel 49 berikut.
Tabel 49
Distribusi Frekuensi Lingkungan Sekolah
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 23 23
2 62,51 – 81,25 Baik 61 61
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 16 16
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 0 0
Total 100 100
Berdasarkan hasil penelitian ternyata 61% siswa menyatakan lingkungan
sekolah dalam keadaan baik, 23% menyatakan sangat baik dan hanya 16% siswa
yang menyatakan kurang baik.
Lingkungan Sekolah
Sangat baik
23.0%
Kurang baik
16.0%
Baik
61.0%
Gambar 5
Diagram Pie Kondisi Lingkungan Sekolah
81
4.2.3.1 Relasi Siswa Dengan Guru
Di dalam lingkungan sekolah proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi antar keduanya. Relasi yang
baik antar guru dengan siswa akan membuat siswa menyukai gurunya dan
kemudian menyukai pelajarannya. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa sekitar sepertiga dari seluruh siswa merasa hubungan dengan guru kurang
baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis deskriptif pada tabel 50 berikut.
Tabel 50
Distribusi Frekuensi Relasi Siswa dengan Guru
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 29 29
2 62,51 – 81,25 Baik 37 37
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 30 30
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 4 4
Total 100 100
Berdasarkan tabel 50 di atas, sebanyak 37% siswa merasa ada hubungan
yang baik dengan gurunya, 29% menyatakan sangat baik, namun masih ada 30%
yang menyatakan kurang baik dan 4% tidak baik.
4.2.3.2 Relasi Siswa Dengan Siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah penting agar dapat
memberi pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
Tabel 54
Distribusi Frekuensi Relasi siswa dengan Siswa
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 29 29
2 62,51 – 81,25 Baik 49 49
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 18 18
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 4 4
Total 100 100
82
Berdasarkan data pada tabel 54 di atas, sebanyak 29% menyatakan
hubungan antara siswa dalam kategori sangat baik, 49% menyatakan baik,
meskipun masih ada 18% yang menyatakan kurang baik dan 4% tidak baik.
4.2.3.3 Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah sangat erat dengan rajin tidaknya siswa dalam
sekolah juga dalam belajar. Gambaran tentang disiplin sekolah menurut persepsi
siswa dapat dilihat pada tabel 59 berikut.
Tabel 59
Distribusi Frekuensi Disiplin sekolah
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 46 46
2 62,51 – 81,25 Baik 41 41
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 13 13
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 0 0
Total 100 100
Berdasarkan tabel 59 di atas, sebanyak 46% siswa menyatakan bahwa
kedisiplinan sekolah tergolong sangat baik dan 41% menyatakan baik, namun
masih ada 13% yang menyatakan kurang baik.
4.2.3.4 Fasilitas Sekolah
Selain hububungan antara siswa dengan guru maupun antar siswa
dengan siswa , serta disiplin sekolah yang baik, diperlukan fasilitas belajar yang
memadai agar tercapai hasil belajar yang optimal. Tersedianya fasilitas belajar
seperti kelengkapan kelas, buku-buku pelajaran di perpustakaan dan perlengkapan
sekolah yang tersedia di koperasi akan memperlancar proses belajar mengajar.
Kebersihan lingkungan sekolah juga akan menambah kenyamanan dalam belajar.
83
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata sebagian dari siswa merasa
bahwa failitas sekolah tergolong kurang baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 63 berikut.
Tabel 63
Distribusi Frekuensi Fasilitas Sekolah
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 24 24
2 62,51 – 81,25 Baik 32 32
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 41 41
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 3 3
Total 100 100
Terlihat pada tabel 63 di atas, sebanyak 41% siswa menyatakan fasilitas
yang disediakan sekolah kurang baik dan 3% menyatakan tidak baik, namun
sebanyak 32% siswa menyatakan baik dan 24% menyatakan sangat baik.
4.2.4 Lingkungan keluarga
Gambaran tentang lingkungan keluarga dapat dilihat dari analisis
deskriptif pada tabel 68 berikut.
Tabel 68
Deskriptif Lingkungan Keluarga
No Indikator Mean Kriteria
1 Cara orang tua mendidik 70.10 Tinggi
2 Suasana rumah 65.75 Tinggi
3 Keadaan ekonomi keluarga 72.50 Tinggi
4 Pengertian orang tua 61.38 Rendah
Total 67.65 Tinggi
Rata-rata kondisi lingkungan keluarga siswa SMK Bina Negara Gubug
termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 67,65. Dilihat dari setiap
indikatornya ternyata cara orang tua mendidik dalam kategori tinggi, dengan ratarata
70,10. Suasana rumah dalam kategori tinggi dengan rata-rata 65,75.
84
Keadaan ekonomi orang tua juga dalam kategori tinggi yaitu dengan rata-rata
72,50, namun pengertian orang tua dengan rata-rata 61,38 dalam keadaan rendah.
Lebih lanjut gambaran tentang lingkungan keluarga dapat dilihat pada tabel 69
berikut.
Tabel 69
Distribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 20 20
2 62,51 – 81,25 Baik 44 44
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 26 26
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 10 10
Total 100 100
Berdasarkan tanggapan siswa tentang kondisi lingkungan keluarganya,
sebanyak 20% dalam kategori sangat baik, 44% dalam kondisi baik, namun
sebanyak 26% dalam kategori kurang baik dan hanya 10 yang tidak baik.
Lingkungan Keluarga
Sangat baik
20.0%
Kurang baik
26.0%
Baik
44.0%
Gambar 6
Diagram Pie Kondisi Lingkungan Keluarga
85
4.2.4.1 Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik berpengaruh besar terhadap belajar anaknya.
Mendidik anak ini bisa dilakukan dengan memberi perhatian, bimbingan dan
contoh serta dengan menjaga hubungan yang harmonis didalam keluarga.
Gambaran tentang cara orang tua mendidik menurut persepsi siswa dapat dilihat
pada tabel 70 berikut.
Tabel 70
Distribusi Frekuensi Cara Orang Tua Mendidik
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 32 32
2 62,51 – 81,25 Baik 35 35
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 19 19
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 14 14
Total 100 100
Terlihat pada tabel 70 di atas, 32% siswa menyatakan bahwa cara orang
tuanya mendidik tergolong sangat baik dan 35% dalam kategori baik. Dari data
hanya 19% yang tergolong kurang baik dan 14% tidak baik.
4.2.4.2 Suasana Rumah
Gambaran tentang suasana rumah dapat dilihat dari analisis deskriptif
berikut.
Tabel 76
Distribusi Frekuensi Suasana Rumah
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 19 19
2 62,51 – 81,25 Baik 34 34
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 33 33
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 14 14
Total 100 100
86
Terlihat pada tabel 76 di atas, sebanyak 34% siswa menyatakan suasana
rumah dalam kategori baik dan 19% sangat baik, namun demikian masih ada 33%
siswa yang menyatakan kurang baik dan 14% tidak baik.
4.2.4.3 Keadaan Ekonomi Keluarga
Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan material anak juga
berpengaruh pada belajar anak. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan
adalah mahal, seorang anak yang sekolah membutuhkan biaya untuk membayar
uang sekolah, membeli buku pelajaran dan perlengkapan sekolah lainnya.
Gambaran keadaan ekonomi keluarga siswa SMK Bina Negara Gubug dapat
dilihat pada tabel 83 berikut.
Tabel 83
Distribusi Frekuensi Keadaan Ekonomi Keluarga
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 28 28
2 62,51 – 81,25 Baik 49 49
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 16 16
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 7 7
Total 100 100
Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada tabel 83 di atas,
sebanyak 49% siswa berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang baik dan
28% siswa dari keluarga dengan keadaan ekonomi sangat baik, hanya 16% yang
berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi kurang baik dan 7% tidak baik.
4.2.4.4 Pengertian Orang Tua
Saat anak sedang belajar anak memerlukan dorongan dan pengertian dari
orang tua. Gambaran tentang pengertian orang tua terhadap belajar anak dapat
dilihat dari analisis deskriptif pada tabel 89 berikut.
87
Tabel 89
Distribusi Frekuensi Pengertian Orang Tua
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 81,26 – 100 Sangat baik 15 15
2 62,51 – 81,25 Baik 30 30
3 43,76 – 62,50 Kurang baik 22 22
4 25,00 – 43,75 Tidak baik 33 33
Total 100 100
Terlihat dari tabel 89 di atas, ternyata masih ada 33% orang tua siswa
yang tidak memiliki pengertian baik tentang belajar anaknya dan 22% kurang
memberikan pengetian baik. Berdasarkan data sebanyak 30% memiliki pengertian
baik, 15% dalam kategori sangat baik.
4.2.5 Prestasi Belajar
Rata-rata prestasi belajar siswa mencapai 7,39 dengan nilai tertinggi 8,55
dan nilai terendah 6.80. lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 89
Rata-rata Prestasi Belajar
No Mata Diklat Minimum Maksimum Mean Kriteria
1 Mengerjakan persamaan
dasar akuntansi 6.17 9.00 7.45
Tuntas
cukup
2 Mengelola bukti
transaksi 6.30 9.00 7.37
Tuntas
cukup
3 Mengelola buku jurnal
6.33 9.00 7.49
Tuntas
cukup
4 Mengelola buku besar
6.50 9.50 7.39
Tuntas
cukup
5 Menyusun siklus
akuntansi perusahaan
jasa 6.50 9.00 7.32
Tuntas
cukup
6 Menyusun siklus
akuntansi perusahaan
dagang 6.60 9.00 7.39
Tuntas
cukup
Total 6.80 8.55 7.39
Tuntas
cukup
88
Terlihat dari tabel 89, rata-rata hasil belajar pada mata diklat mengerjakan
persamaan dasar akuntansi mencapai 7,45, mengelola bukti transaksi sebesar 7,37,
mengelola buku jurnal 7,49, mengelola buku besar sebesar 7,39, menyusun siklus
akuntansi perusahaan jasa sebesar 7,32 dan menyusun siklus akuntansi perusahaan
dagang sebesar 7,39. Rata-rata dari keenam mata diklat tersebut berada pada
kategori tuntas cukup.
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata masih banyak siswa yang belum
mencapai ketuntasan dalam belajar (> 7,00), lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 94 berikut.
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Interval nilai Kriteria f %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 17 17
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 73 73
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 10 10
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 0 0
Jumlah 100 100
Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai rata-rata semester 1 dan 2 tahun
ajaran 2005/2006 sebanyak 17% siswa yang memperoleh nilai kurang dari 7 atau
dalam kategori belum tuntas, selebihnya 73% dalam kategori tuntas cukup (7,00 <
Nilai < 8,00) dan 10% dalam kategori tuntas baik (8,00 < Nilai <9,00).
89
Prestasi Belajar
Tuntas cukup
73.0%
Tuntas baik
10.0%
Belum tuntas
17.0%
Gambar 7
Diagram pie prestasi belajar
4.2.5.1 Mengerjakan Persamaan Dasar Akuntansi
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat mengerjakan persamaan
dasar akuntansi dapat dilihat pada table 94
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat mengerjakan persamaan
dasar akuntansi
Interval nilai Kriteria f %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 20 20
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 56 56
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 23 23
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 1 1
Jumlah 100 100
Terlihat dari table di atas, masih ada 20% siswa yang belum tuntas,
sebanyak 56% siswa telah tuntas cukup, 23% siswa telah tuntas baik dan 1%
tuntas sangat baik.
4.2.5.2 Mengelola bukti transaksi
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat mengelola bukti transaksi
dapat dilihat pada tabel 94
90
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat mengelola bukti transaksi
Interval nilai Kriteria f %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 14 14
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 62 62
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 22 22
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 2 2
Jumlah 100 100
Terlihat dari tabel di atas, masih ada 14% siswa yang belum tuntas,
sebanyak 62% siswa telah tuntas cukup, 22% siswa telah tuntas baik dan 2%
tuntas sangat baik.
4.2.5.3 Mengelola Buku Jurnal
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat mengelola buku jurnal
dapat dilihat pada tabel 94
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat mengelola buku jurnal
Interval nilai Kriteria f %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 12 12
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 58 58
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 25 25
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 5 5
Jumlah 100 100
Terlihat dari tabel di atas, masih ada 12% siswa yang belum tuntas,
sebanyak 58% siswa telah tuntas cukup, 25% siswa telah tuntas baik dan 5%
tuntas sangat baik.
4.2.5.4 Mengelola Buku Besar
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat mengelola buku besar
dapat dilihat pada tabel 94
91
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat mengelola buku besar
Interval nilai Kriteria F %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 9 9
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 71 71
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 14 14
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 6 6
Jumlah 100 100
Terlihat dari tabel di atas, masih ada 9% siswa yang belum tuntas, sebanyak
71% siswa telah tuntas cukup, 14% siswa telah tuntas baik dan 6% tuntas sangat
baik.
4.2.5.5 Menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat menyusun siklus akuntansi
perusahaan jasa dapat dilihat pada tabel 94
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat menyusun siklus akuntansi
perusahaan jasa
Interval nilai Kriteria F %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 12 12
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 76 76
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 11 11
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 1 1
Jumlah 100 100
Terlihat dari tabel di atas, masih ada 12% siswa yang belum tuntas,
sebanyak 76% siswa telah tuntas cukup, 11% siswa telah tuntas baik dan 1%
tuntas sangat baik.
4.2.5.6 Menyusun siklus akuntansi perusahaan dagang
Gambaran prestasi belajar siswa pada mata diklat menyusun siklus akuntansi
perusahaan dagang dapat dilihat pada tabel 94
92
Tabel 94
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada mata diklat menyusun siklus akuntansi
perusahaan dagang
Interval nilai Kriteria F %
Nilai < 7,00 Belum tuntas 9 9
7,00 < Nilai < 8,00 Tuntas cukup 77 77
8,00 < Nilai <9,00 Tuntas baik 12 12
9,00 < Nilai < 10,0 Tuntas sangat baik 2 2
Jumlah 100 100
Terlihat dari tabel di atas, masih ada 9% siswa yang belum tuntas, sebanyak
77% siswa telah tuntas cukup, 12% siswa telah tuntas baik dan 2% tuntas sangat
baik.
4.3 Evaluasi Atas Asumsi-Asumsi SEM
Asumsi- asumsi yang disyaratkan SEM adalah data terdistribusi normal
dan tidak terjadi univariat outliers.
4.3.1 Uji Normalitas
Normalitas univariate dalam multivariate dievaluasi dengan menggunakan
program AMOS 5, apabila diperoleh nilai kritis (critical Ratio) pada kurtosis
interval -1,96 sampai 1,96 pada tingkat signifikansi 0,05 atau pada interval -2,58
sampai 2,58 pada tingkat signivikansi 0,10 dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal. Uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 95 berikut.
Tabel 95
Uji normalitas data
Variable min max skew c.r. Kurtosis c.r.
MP 18.000 38.000 -.454 -1.852 -1.028 -2.099
LS 30.000 52.000 -.021 -.087 -.973 -1.985
Lk 28.000 80.000 -.335 -1.368 -.693 -1.414
mb 24.000 76.000 -.225 -.919 -1.057 -2.158
PB 6.800 8.550 1.081 4.413 .499 1.018
93
Terlihat dari uji normalitas data di atas, diperoleh nilai critical ratio pada
daerah –Ztabel (-2,58) sampai dengan Ztabel (2,58) yang berarti bahwa data
terdistribusi normal.
4.3.2 Outliers
Dengan menggunakan observasi yang mempunyai Z score ≥ ±3 akan
dikategorikan sebagai univariate outliers. Berdasarkan hasil nilai z score
menggunakan program SPSS release 10, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 96
Uji univariate outliers
Descriptive Statistics
100 -1.98958 1.84931 1.4815E-15 1.0000000
100 -1.94707 1.32807 1.6480E-17 1.0000000
100 -1.95283 2.02515 -1.9628E-15 1.0000000
100 -2.10325 2.08393 -2.9946E-16 1.0000000
100 -1.35433 2.66164 4.5658E-15 1.0000000
Zscore: Motivasi Belajar
Zscore: Metode Pembelajaran
Zscore: Lingkungan sekolah
Zscore: Lingkungan keluarga
Zscore: Prestasi Belajar
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Berdasarkan hasil pengujian tersebut tampak bahwa mean dari z score
antara -3 sampai 3, yang berarti tidak ada univariate outlier dlam data yang
dianalisis
4.4 Analisis Konfirmatori
Analisis konfirmatori digunakan untuk menguji sebuah konsep yang
dibangun dengan menggunakan beberapa indikator terukur. Uji kesesuaian model
konfirmatori diuji menggunakan goodnes-of-fit Indices yang meliputi chi-square,
probability, RMSEA, TLI, GFI, CFI dan CMIN/DF. Hasil analisis konfirmatori
dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada hasil output berikut.
94
4.4.1 Analisis Konfirmatori Variabel Motivasi Belajar
Hasil analsis konfirmatori variabel motivasi belajar yang dibangun oleh
empat indikator yaitu minat terhadap pelajaran akuntansi (MB1), tekun
menghadapi tugas akuntansi (MB2), ulet menghadapi kesulitan belajar (MB3),
senang memecahkan soal-soal akuntansi (MB4) dapat dilihat pada grafik output
analisis menggunakan program AMOS 5.
MOTIVASI BELAJAR
.38
e4 MB4
.62
.62
e3 MB3
.79
.63
e2 MB2 .79
.64
e1 MB1
.80
UJI HIPOTESIS
CHI-SQUARE =.324
PROBABILITY =.851
GFI =.992
TLI =1.211
RMSEA =.000
CFI =1.000
CMIN/DF =.162
Gambar 8.
Analisis Konfirmatori Variabel Motivasi Belajar
Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
95
MB1 = 0,80MB + 0,64
MB2 = 0,79 MB + 0,63
MB3 = 0,79MB + 0,62
MB4 = 0,62 MB + 0,38
Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk
variabel motivasi belajar, setiap terjadi kenaikan motivasi belajar sebesar 1 satuan
akan diikuti kenaikan minat terhadap pelajaran akuntansi (MB1) sebesar 0,64,
tekun menghadapi tugas akuntansi (MB2) sebesar 0,63, ulet menghadapi kesulitan
belajar (MB3) sebesar 0,62 dan senang memecahkan soal-soal akuntansi (MB4)
sebesar 0,38. Hal ini menunjukkan ada hubungan indikator-indikator tersebut
dengan variabel motivasi belajar.
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi kriteria
goodness-of-fit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada
tabel 97.
Tabel 97
Uji Model-Goodness-of-fit test Konfirmatori Variabel Motivasi Belajar
Goodness of index Cut-off
Value
Hasil model Keterangan
Chi square 0,324 Diharapkan kecil
Probability > 0,05 0,851 Baik
RMSEA < 0,08 0,000 Baik
GFI > 0,90 0,992 Baik
Relatif χ2 CMIN/DF < 2 0,162 Baik
TLI > 0,95 1,211 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
96
Berdasarkan tabel 97 di atas tampak bahwa nilai chi square relatif kecil
(0,324) dengan probabilitas 0,851 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08,
nilai GFI sebesar 0,992 > 0,90, nilai relatif χ2 CMIN/DF sebesar 0,162 < 2, nilai
TLI sebesar 1,211 > 0,95 dan nilai CFI sebesar 1 > 0,95 yang menunjukkan
bahwa uji kesesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikatorindikator
itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang
disebut motivasi belajar dapat diterima. Dengan kata lain indikator: minat
terhadap pelajaran akuntansi (MB1), tekun menghadapi tugas akuntansi (MB2),
ulet menghadapi kesulitan belajar (MB3), senang memecahkan soal-soal
akuntansi (MB4) secara nyata membentuk variabel motivasi belajar.
4.4.2 Analisis Konfirmatori Variabel Metode Pembelajaran
Hasil analsis konfirmatori variabel metode pembelajaran yang dibangun
oleh empat indikator yaitu Membangkitkan minat dan motivasi (MP1),
membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut (MP2), mendidik belajar sendiri
(MP3), meniadakan vebalitas dalam penyampaian materi (MP4) dapat dilihat pada
grafik output analisis menggunakan program AMOS 5.
97
METODE
PEMBELAJARAN
.59
e4 MP4
.77
.76
e3 MP3
.87
.41
e2 MP2 .64
.58
e1 MP1
.76
UJI HIPOTESIS
CHI-SQUARE =1.576
PROBABILITY =.455
GFI =.959
TLI =1.047
RMSEA =.000
CFI =1.000
CMIN/DF =.788
Gambar 9.
Analisis Konfirmatori Variabel Metode Pembelajaran
Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
MP1 = 0,76 MP + 0,58
MP2 = 0,64 MP + 0,41
MP3 = 0,87 MP + 0,76
MP4 = 0,77 MP + 0,59
Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk
variabl metode pembelajaran, setiap terjadi kenaikan metode pembelajaran
sebesar 1 satuan akan diikuti kenaikan membangkitkan minat dan motif belajar
98
(MP1) sebesar 0,76, membangkitkan minat belajar lebih lanjut (MP2) sebesar
0,64, mndidik belajar sendiri (MP3) sebesar 0,87 dan meniadakan verbalitas
dalam penyampaian materi (MP4) sebesar 0,77. Hal ini menunjukkan ada
hubungan indikator-indikator tersebut dengan variabel metode pembelajaran
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi kriteria
goodness-of-fit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada
tabel 98.
Tabel 98
Uji Model-Goodness-of-fit test Konfirmatori Variabel Metode Pembelajaran
Goodness of index Cut-off
Value
Hasil model Keterangan
Chi square 1,576 Diharapkan kecil
Probability > 0,05 0,455 Baik
RMSEA < 0,08 0,000 Baik
GFI > 0,90 0,959 Baik
Relatif χ2 CMIN/DF < 2 0,788 Baik
TLI > 0,95 1,047 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi square relatif kecil (1,576)
dengan probabilitas 0,455 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08, nilai GFI
sebesar 0,959 > 0,90, nilai relatif χ2 CMIN/DF sebesar 0,788 < 2, nilai TLI
sebesar 1,047 > 0,95 dan nilai CFI sebesar 1,000 > 0,95 yang menunjukkan bahwa
uji kesesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikatorindikator
itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang
disebut metode pembelajaran dapat diterima. Dengan kata lain indikator
membangkitkan minat dan motif belajar (MP1), membagkitkan keinginan belajar
99
lebih lanjut (MP2), mendidik belajar sendiri (MP3), meniadakan verbalitas dalam
menyampaikan materi (MP4) secara nyata dapat membentuk variabel metode
pembelajaran
4.4.3 Analisis Konfirmatori Variabel Lingkungan Sekolah
Hasil analsis konfirmatori variabel lingkungan sekolah yang dibangun oleh
empat indikator yaitu Relasi siswa dengan guru (LS1), relasi siswa dengan siswa
(LS2), disiplin sekolah (LS3), fasilitas sekolah (LS4) dapat dilihat pada grafik
output analisis menggunakan program AMOS 5.
LINGKUNGAN
SEKOLAH
.80
e4 LS4
.90
.59
e3 LS3
.77
.35
e2 LS2 .60
.56
e1 LS1
.75
UJI HIPOTESIS
CHI-SQUARE =.166
PROBABILITY =.920
GFI =.996
TLI =1.213
RMSEA =.000
CFI =1.000
CMIN/DF =.083
Gambar 10.
Analisis Konfirmatori Variabel Lingkungan Sekolah
Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
100
LS 1 = 0,75 LS + 0,56
LS 2 = 0,60 LS + 0,35
LS 3 = 0,77 LS + 0,59
LS 4 = 0,90 LS + 0,80
Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk
variabel lingkungan sekolah, setiap terjadi kenaikan lingkungan sekolah sebesar 1
satuan akan diikuti kenaikan relasi guru dengan siswa (LS1) sebesar 0,75, relasi
siswa dengan siswa (LS2) sebesar 0,60, disiplin sekolah (LS 3) sebesar 0,77 dan
fasilitas sekolah (LS4) sebesar 0,90. Hal ini menunjukkan ada hubungan
indikator-indikator tersebut dengan variabel lingkungan sekolah.
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi kriteria
goodness-of-fit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada
tabel 99.
Tabel 99
Uji Model-Goodness-of-fit test Konfirmatori Variabel Lingkungan Sekolah
Goodness of index Cut-off
Value
Hasil model Keterangan
Chi square 0,166 Diharapkan kecil
Probability > 0,05 0,920 Baik
RMSEA < 0,08 0,000 Baik
GFI > 0,90 0,996 Baik
Relatif χ2 CMIN/DF < 2 0,083 Baik
TLI > 0,95 1,213 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi square relatif kecil (0,166)
dengan probabilitas 0,920 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08, nilai GFI
101
sebesar 0,996 > 0,90, nilai relatif χ2 CMIN/DF sebesar 0,083 < 2, nilai TLI
sebesar 1,213 > 0,95 dan nilai CFI sebesar 1 > 0,95 yang menunjukkan bahwa uji
kesesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikator-indikator
itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang disebut
lingkungan sekolah dapat diterima. Dengan kata lain indikator: relasi siswa
dengan guru (LS1), relasi siswa dengan siswa (LS2), disiplin sekolah )LS3),
fasilitas sekolah (LS4) secara nyata membentuk variabel lingkungan sekolah.
4.4.4 Analisis Konfirmatori Variabel Lingkungan Keluarga
Hasil analsis konfirmatori variabel motivasi belajar yang dibangun oleh
empat indikator yaitu cara orang tua mendidik (LK1), suasana rumah (LK2,
keadan ekonomi keluarga (LK3, pengertian orang tua (LK4) dapat dilihat pada
grafik output analisis menggunakan program AMOS 5.
102
LINGKUNGAN
KELUARGA
.59
e4 LK4
.77
.55
e3 LK3
.74
.45
e2 LK2 .67
.49
e1 LK1
.70
UJI HIPOTESIS
CHI-SQUARE =1.736
PROBABILITY =.420
GFI =.955
TLI =1.040
RMSEA =.000
CFI =1.000
CMIN/DF =.868
Gambar 11.
Analisis Konfirmatori Variabel Lingkungan keluarga
Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan
berikut:
LK1 = 0,70 MB + 0,49
LK2 = 0,67 MB + 0,45
103
LK3 = 0,74 MB + 0,55
LK4 = 0,77 MB + 0,59
Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk
variabellingkungan keluarga, setiap terjadi kenaikan lingkungan keluarga sebesar
1 satuan akan diikuti kenaikancara orang tua mendidik (LK1) sebesar 0,70,
suasana rumah sebesar 0,67, keadaan ekonomi keluarga (LK3) sebesar 0,74 dan
pengertian orang tua (LK4) sebesar 0,74. Hal ini menunjukkan ada hubungan
indikator-indikator tersebut dengan variabel lingkungan keluarga.
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi kriteria
goodness-of-fit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada
tabel 100.
Tabel 100
Uji Model-Goodness-of-fit test Konfirmatori Variabel Lingkungan Keluarga
Goodness of index Cut-off
Value
Hasil model Keterangan
Chi square 1,736 Diharapkan kecil
Probability > 0,05 0,420 Baik
RMSEA < 0,08 0,000 Baik
GFI > 0,90 0,955 Baik
Relatif χ2 CMIN/DF < 2 0,868 Baik
TLI > 0,95 1,040 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi square relatif kecil (1,736)
dengan probabilitas 0,420 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08, nilai GFI
sebesar 0,955 > 0,90, nilai relatif χ2 CMIN/DF sebesar 0,868 < 2, nilai TLI
sebesar 1,040 > 0,95 dan nilai CFI sebesar 1,000 > 0,95 yang menunjukkan bahwa
uji kesesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena
104
itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikatorindikator
itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang
disebut lingkungan keluarga dapat diterima. Dengan kata lain indikator: cara
orang tua mendidik (LK1), suasana rumah (LK2), keadaan ekonomi keluarga
(LK3), pengertian orang tua (LK4) secara nyata membentuk variabel.
4.5 Analisis Struktural Equation Modeling (SEM)
Analisis structural equation modeling digunakan untuk mengetahui
hubungan structural antara variabel yang diteliti. Hasil diagram jalur dapat dilihat
pada gambar 11
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
.85
Motivasi
Belajar
.70
Prestasi
Belajar
z1 z2
.99
UJI HIPOTESA
CHI-SQUARE = .000
GFI =1.000
TLI=\TLI
RMSEA =\RMSEA
CFI =\CFI
CMIN/DF =\CMINDF
AGFI =\AGFI
-.02
-.09
.33
Metode
Pembelajaran
.13
.53
-.08
.79
.68
.78
Gambar 12
Hasil analisis SEM variabel motivasi, metode pembelajaran, lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan prestasi belajar.
105
Hubungan structural antar variabelnya dilihat dari diagram jalur yang
diperoleh dari output program AMOS 5 dan diuji kesesuaiannya dengan
goodness-of-fit index. Nilai Chi Square sebesar 0,000 dengan probability
1,000>0,05, sehingga hipotesis nihil diterima yang berarti tidak terdapat
perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang
diestimasi. Dengan kata lain model analisis SEM ini sesuai dengan data.
Disamping itu juga ditunjukkan dari nilai GFI sebesar 1,000>0,900
Salah satu syarat dalam pengujian hubungan kausal adalah masing-masing
variabel konstruk eksogen atau independennya tidak berkorelasi pada tingkat
serius (>0,9) satu sama lain dalam penelitian ini sebagai variabel independennya
yaitu metode pembelajaran (MP), lingkungan sekolah (LS) dan lingkungan
keluarga(LK). Nilai korelasi MP dan LS adalah 0,68, nilai korelasi MP dan LK
adalah 0,78 dan nilai korelasi LK dan LS adalah 0,79, ketiga nilai korelasi masih
di bawah 0,9, sehingga antar variabel independent tidak berkorelasi secara
sempurna.
4.6 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan menganalisis
regression weight untuk masing-masing variabel eksogen terhadap endogen.
Dengan melihat C.R yang identik dengan thitung pada hasil pengolahan
menggunakan AMOS 5
106
Tabel 101
Uji Hipotesis menggunakan regression weight
Hubungan Estimate
(β) S.E. C.R. p value Label Kriteria
mb ← Lk 0.33 0.081 4.496 0.000 par_4 Ha diterima
mb ← LS 0.13 0.156 2.059 0.040 par_5 Ha diterima
mb ← MP 0.53 0.138 8.583 0.000 par_6 Ha diterima
PB ← mb 0.99 0.005 6.869 0.000 par_1 Ha diterima
PB ← Lk -0.02 0.004 -0.130 0.896 par_2 Ha ditolak
PB ← LS -0.09 0.007 -0.937 0.349 par_3 Ha ditolak
PB ← MP -0.09 0.008 -0.725 0.469 par_7 Ha ditolak
4.6.1 Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1 menyatakan bahwa metode pembelajaran mempunyai pengaruh
terhadap motivasi belajar. Pada Tabel di atas diperoleh nilai C.R 8,583 >1,96
dengan probabilitas 0,000<0,05, yang berarti hipotesis 1 diterima, karena
signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh metode
pembelajaran terhadap motivasi belajar. berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut
juga diperoleh nilai β = 0,53 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas metode
pembelajaran satu satuan akan diikuti kenaikan metode belajar sebesar 0,53,
begitu sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas metode pembelajaran satu
satuan akan diikuti penurunan motivasi belajar sebesar 0,53.
4.6.2 Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis 2 menyatakan bahwa lingkungan sekolah memiliki pengaruh
terhadap motivasi belajar. Pada Tabel 82 diperoleh C.R = 2,059 >1,96 dengan
probabilitas 0,040<0,05, yang berarti hipotesis 2 diterima karena signifikan. Hasil
pengujian ini menunjukkan ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi
belajar. Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh nilai β = 0,13, yang berarti
107
setiap terjadi kenaikan lingkungan sekolah satu satuan akan diikuti kenaikan
motivasi belajar sebesar 0,13, dan sebaliknya apabila ada penurunan satu satuan
kualitas lingkungan sekolah akan diikuti penurunan motivasi belajar sebesar 0,13.
4.6.3 Pengujian hipotesis 3
Hipotesis 3 menyatakan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh
terhadap motivasi belajar. Pada Tabel 82 diperoleh nilai C.R = 4,496 >1,96
dengan probabilitas 0,000<0,05, yang berarti hipotesis 3 diterima, karena
signifikan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan ada pengaruh lingkungan
keluarga terhadap motivasi belajar. Dari hasil analisis di atas, diperoleh nilai β =
0,33, yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas lingkungan keluarga sebesar
satu satuan akan diikuti dengan kenaikan motivasi belajar sebesar 0,33, sebaliknya
apabila terjadi penurunan satu satuan kualitas lingkungan keluarga diikuti pula
penurunan motivasi belajar sebesar 0,33.
4.6.4 Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis 4 menyatakan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Pada Tabel 82 diperoleh nilai C.R = 6,869 >1,96 dengan
probabilitas 0,000<0,05, yang berarti hipotesis 4 diterima karena signifikan. Hasil
pengujian menunjukkan ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh β = 0,99 yang berarti setiap terjadi
kenaikan motivasi belajar sebesar satu satuan akan diikuti dengan kenaikan
prestasi belajar sebesar 0,99, begitu sebaliknya setiap terjadi penurunan motivasi
belajar sebesar satu satuan akan diikuti penurunan prestasi belajar sebesar 0,99.
108
4.6.5 Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis 5 menyatakan bahwa metode pembelajaran mempengaruhi
prestasi belajar. Pada Tabel 82 diperoleh nilai C.R -0,725 pada interval -1,96
sampai dengan 1,96 dengan probabilitas 0,469 > 0,05, yang berarti hipotesis 5
ditolak karena tidak signifikan yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran
tidak berpengaruh langsung tehadap prestasi belajar.
4.6.6 Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis 6 menyatakan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Pada Tabel 82 diperoleh nilai C.R -0,937 pada interval -1,96 sampai
dengan 1,96 dengan probabilitas 0,349 > 0,05, yang berarti hipotesis 6 ditolak
karena tidak signifikan. Hasil penelitian menujukkan lingkungan sekolah tidak
berpengaruh langsung tehadap pestasi belajar.
4.6.7 Pengujian Hipotesis 7
Hipotesis 7 menyatakan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Pada Tabel 82 diperoleh nilai C.R -0,130 pada interval -1,96
sampai dengan 1,96 dengan probabilitas 0,896 > 0,05,yang berarti hipotesis 7
ditolak karena tidak signifikan yang menunjukkan lingkungan keluarga tidak
berpengaruh langsung terhadap pestasi belajar.
Dari hasil uji hipotesis dan analisis jalur gambar 11 maka diperoleh model
structural sebagai berikut:
1. MB = 0,33 LK+0,13 LS+0,53 MP
Model tersebut berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan satu satuan
lingkungan keluarga (LK) akan didikuti kenaikan motivasi belajar (MB) sebesar
0,33. Dan setiap terjadi kenaikan satu satuan lingkungan sekolah (LS) akan
109
diikuti kenaikan motivasi belajar (MB) sebesar 0,13. Setiap terjadi kenaikan satu
satuan metode pembelajaran (MP) diikuti kenaikan motivasi belajar sebesar 0,53.
2. PB = 0,99 MB
Model tersebut menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikkan satu-satuan
motivasi belajar akan diikuti diikuti kenaikkan prestasi belajar sebesar 0,99.
Melihat bahwa hipotesis 5, hipotesis 6 dan hipotesis 7 tidak diterima maka
perlu dilakukan perbaikan model SEM dengan menghilangkan pengaruh langsung
metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap
prestasi belajar, yang hasilnya terlihat pada gambar berikut.
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
.85
Motivasi
Belajar
.69
Prestasi
Belajar
z1 z2
UJI HIPOTESA
CHI-SQUARE = 1.814
GFI =.993
TLI=1.008
RMSEA =.000
CFI =1.000
CMIN/DF =.605
AGFI =.964
Metode
Pembelajaran
.53
.79
.68
.78
.33
.13 .83
Gambar 13
Hasil analisis SEM variabel motivasi, metode pembelajaran, lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan prestasi belajar hasil perbaikan model
110
Hubungan structural antar variabelnya dilihat dari diagram jalur yang
diperoleh dari output program AMOS 5 dan diuji kesesuaiannya dengan
goodness-of-fit index.
Tabel 102
Uji Model-Goodness-of-fit test Konfirmatori Variabel Lingkungan Keluarga
Goodness of index Cut-off
Value
Hasil model Keterangan
Chi square 1,814 Diharapkan kecil
RMSEA < 0,08 0,000 Baik
GFI > 0,90 0,993 Baik
Relatif χ2 CMIN/DF < 2 0,605 Baik
TLI > 0,95 1,008 Baik
CFI > 0,95 1,000 Baik
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi square relatif kecil (1,814),
nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08, nilai GFI sebesar 0,993 > 0,90, nilai relatif χ2
CMIN/DF sebesar 0,605 < 2, nilai TLI sebesar 1,008 > 0,95 dan nilai CFI sebesar
1,000 > 0,95 yang menunjukkan bahwa uji kesesuaian model ini menghasilkan
sebuah penerimaan yang baik, sehingga hipotesis nihil diterima yang berarti
tidak terdapat perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian
populasi yang diestimasi. Dengan kata lain model analisis SEM ini sesuai dengan
data.
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan menganalisis
regression weight untuk masing-masing variabel eksogen terhadap endogen.
Dengan melihat C.R yang identik dengan thitung pada hasil pengolahan
menggunakan AMOS 5
111
Tabel 103
Uji Hipotesis menggunakan regression weight
Hubungan Estimate
(β) S.E. C.R. p value Label Kriteria
MB ← MP 0.53 0.138 8.583 0.000 par_1 Ha diterima
MB ← LK 0.33 0.081 4.496 0.000 par_5 Ha diterima
MB ← LS 0.13 0.156 2.059 0.040 par_6 Ha diterima
PB ← MB 0.83 0.002 14.987 0.000 par_7 Ha diterima
Terlihat dari tabel di atas diperoleh nilai estimate yang masih sama dengan
model sebelum adanya perbaikan, yang berbeda pada nilai estimate pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar sebesar 0,83 dengan nilai CR = 14,987 >
1,96 dan p value = 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan.
4.7 Analisis Besar Pengaruh
4.7.1 Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi
Metode Pembelajaran memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestas
belajar akuntansi yaitu melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara.
Berdasarkan Tabel 103 terlihat bahwa pengaruh langsung metode pembelajaran
terhadap motivasi belajar (MP→MB) sebesar 0,53 dan pengaruh motivasi belajar
terhadap prestasi belajar (MB→PB) sebesar 0,83 sehingga pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar sebesar 0,53 x 0,83 = 0,4399. Jadi metode
pembelajaran berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar sebesar
43,99%.
112
4.7.2 Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ternyata lingkungan sekolah memiliki
pengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar yaitu melalui motivasi belajar
sebagai variabel perantara. Dari tabel 103 terlihat bahwa pengaruh langsung
lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar (LS→MB) sebesar 0,13 dan
pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar (MB→PB) sebesar 0,83,
sehingga secara tidak langsung lingkungan sekolah berpengaruh terhadap prestasi
belajar (LS→MB→PB) sebesar 0,13 x 0,83 = 0,1079 atau 10,79%.
4.7.3 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadp Prestasi Belajar Akuntansi
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa lingkungan keluarga
memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestas belajar akuntansi. Berdasarkan
Tabel 103 terlihat bahwa lingkungan keluarga berpengaruh langsung terhadap
motivasi belajar (LK→MB) sebesar 0,33 dan pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi belajar (MB→PB) sebesar 0,83, sehingga lingkungan keluarga
berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar (LK→MB→PB) sebesar
0,33 x 0,83 = 0,2739 atau 27,39%.
4.7.4 Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi belajar Akuntansi
Secara langsung motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi
belajar sebesar 0,83 atau dalam persentasetase adalah 83%
113
4.8 Pembahasan
4.8.1 Analisis Konfirmatori
4 8.1.1 Motivasi belajar
Berdasarkan analisis konfirmatori, indikator kesenangan memecahkan soalsoal
akuntansi (MB4) memiliki nilai koefisien konfirmatori yang paling rendah.
Rendahnya kesenangan siswa dalam memecahkan soal-soal akuntansi disebabkan
banyak siswa yang masih menggangap bahwa pelajaran akuntansi merupakan
pelajaran yang sulit dan rumit karena didalamnya banyak menggunakan
perhitungan dan istilah-istilah khusus. Selain itu input atau kemampuan awal
siswa rendah. Banyak siswa yang masuk ke SMK tersebut karena tidak masuk
SMK atau SMA Negeri. Kurangnya kesenangan siswa dalam memecahkan soalsoal
akuntansi ditunjukkan dari tindakan siswa yang masih banyak menyontek
pekerjaan teman ketika dihadpkan pada soal-soal akuntansi yang sulit. Di sisi lain
banyak siswa lebih cenderung pasif, terbukti masih banyak siswa yang menunggu
sampai ditanya guru bahkan masih ada sebagian yang diam saja ketika mengikuti
pembelajaran. Ketika mengerjakan soal-soal di kelas, sebagian besar tidak pernah
berusaha untuk berpartisipasi maju mengerjakan soal. Di samping itu masih
banyak siswa yang kurang memanfaatkan waktu luang, terbukti banyak siswa
yang hanya bercanda dengan teman ketika guru tidak hadir mengajar dan kadangkadang
saja siswa mengerjakan soal di buku atau LKS.
Rendahnya kesenangan siswa dalam memecahkan soal akuntansi, dapat
menghambat kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal
akuntansi dengan cepat. Ketidaksenangan siswa dalam memecahkan soal akuntasi
114
menjadi penghambat dalam menyelesaikan tugas atau soal ulangan akuntansi
sehingga tidak dapat memperoleh prestasi yang memuaskan.
4.8.1.2 Metode pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis konfirmatory, indikator membangkitkan
keinginan belajar lebih lanjut (MP2) memiliki nilai koefisien konfirmatory yang
paling rendah, yang berarti bahwa variabel metode pembelajaran berpengaruh
paling rendah terhadap membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut lanjut bagi
siswa. Hal ini disebabkan meskipun penggunaan metode pembelajaran di SMK
Bina Negara sudah bervariasi namun penggunaan metode bervariasi tidak akan
menguntungkan bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi
yang mendukung. Akibatnya masih banyak siswa yang kadang-kadang saja
merasakan manfaat atas tugas yang diberikan guru. Akibat dari kondisi tersebut
hanya sebagian kecil saja yang aktif bertanya ketika pelajaran berlangsung,
bahkan terdapat sebagian besar siswa mau bertanya jika benar-benar belum jelas
bahkan tidak pernah bertanya. Selain itu ketika guru sedang menyampaikan materi
pelajaran akuntansi siswa masih kurang terdorong untuk belajar lebih lanjut dalam
mempelajari akuntansi hal ini disebabkan siswa merasa bahwa akuntansi sulit.
4.8.1.3Lingkungan Sekolah
Hasil analisis konfirmatory, indikator relasi siswa dengan siswa (LS2)
memiliki nilai koefisien konfirmatory yang paling rendah, yang berarti lingkungan
sekolah belum secara optimal berpengaruh terhadap pada optimalnya hubungan
siswa dengan siswa. Rendahnya relasi siswa dengan siswa di SMK Bina Negara
Gubug disebabkan siswa mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang berbeda115
beda bahkan apabila ada siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin akan diasingkan dari kelompok. Akibat dari
kondisi tersebut siswa belum menunjukkan keakraban baik antara teman sekelas
maupun dengan kelas yang lain. Suasana yang kurang akrab tersebut membentuk
suasana yang kurang harmonis.
4.8.1.4 Lingkungan keluarga
Hasil analisis konfirmotiry, indikator suasana rumah (LK2) memiliki nilai
koefisien konfirmatory yang paling rendah, yang berarti bahwa kondisi
lingkungan keluarga memberikan dukungan paling rendah terhadap suasana
rumah. Hal ini disebabkan masih banyak usaha orang tua kurang optimal dalam
menciptakan suasana yang lebih tenang ketika anak sedang belajar di rumah.
Suasana rumah yang kurang mendukung dan fasilitas belajar yang kurang
memadai kurang dapat memotivasi anak untuk belajar, mereka justru akan
merasakan ketidaknyamanan dan ketidaktenangan dalam belajar. Kondisi tersebut
secara langsung dapat menimbulkan masalah belajar di sekolah.
4.8.1.5 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa kelas ternyata masih dalam kategori tuntas cukup,
ditunjukkan dari rata-rata nilai yang diperoleh siswa yaitu 7,39. Dari 100 siswa
masih ada 17% yang belum tuntas, 73% tuntas cukup dan hanya 10% yang tuntas
baik.
4.8.2 Pengujian Hipotesis
Dari data empirik diatas diketahui bahwa hipotesis 1, 2, 3, 4 yang
menyatakan bahwa metode pembelajaran , lingkungan sekolah, lingkungan
116
keluarga berpengaruh positif terhadap motivasi belajar dan akhirnya motivasi
belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar dapat diterima.
Prestasi belajar siswa SMK Bina Negara dalam kategori tuntas cukup. Hal
ini disebabkan adanya motivasi yang tinggi dari siswa. Sebab, motivasi sangat
diperlukan dalam belajar. Tanpa adanya motivasi belajar siswa akan sulit untuk
mencapai prestasi belajar. Adanya pengaruh motivasi terhadap prestasi sesuai
dengan pendapat Merson U Siagalang dalam Tu’u (2004:78) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa terdiri: kecerdasan, bakat,
minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan pergaulan, sekolah
dan sarana pendukung belajar. Menurut Anni (2006:182) yang menyatakan bahwa
salah satu teori motivasi yang paling penting dalam psikologi adalah motivasi
berprestasi yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan dan
melakukan kegiatan yang menggarah pada kesuksesan atau kegagalan . Jadi,
motivasi tidak hanya penting namun juga menyebabkan belajar untuk mencapai
prestasi belajar.
Berkaitan dengan hasil analisis, ada hal yang masih kurang dalam motivasi
yaitu ketidaksenangan siswa dalam memecahkan soal-soal akuntansi. Hal ini
ditunjukkan dari banyaknya siswa yang menyontek pekerjaan teman ketika
dihadapkan pada soal-soal yang sulit. Di sisi lain sebagian besar siswa masih ada
yang pasif. Kondisi ini memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa, terbukti
dengan prestasi belajar siswa yang optimal.
Tingginya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran
yang digunakan guru, lingkungan sekolah dan keluarga. Hal ini ditunjukkan dari
nilai C.R untuk MB MP sebesar 8,583 >1,96 dengan probabilitas 0,000 < 0,05,
MB LS dengan C.R sebesar 2,059 > 1,96 dengan probabilitas 0,040 < 0,05 dan
117
MB LK dengan C.R 4, 496 > 1,96 dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat Rohani (2004:13) yang menyatakan bahwa
stimulus dari guru atau dari lingkungan belajar mendorong timbulnya motivasi
dari luar. Menurut Djamarah (2000: 117) yang menyatakan bahwa motivasi
eksrtinsik merupakan motivasi yang fungsinya karena adanya rangsangan dari luar
seperti sikap tertentu atau dorongan dari keluarga, teman dan guru.
Berdasarkan analisis data diketahui bahwa hipotesis 5 yang menyatakan
bahwa metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar secara
langsung tidak dapat diterima . Ini terbukti dari perolehan nilai C.R -0,725 pada
interval -1,96 sampai dengan 1,96 dengan nilai probabilitas 0,469 > 0,05 yang
berarti bahwa hipotesis 5 ditolak, karena tidak signifikan. Hal ini bukan berarti
bahwa metode pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
melainkan metode pembelajaran berpengaruh secara tidak langsung terhadap
prestasi belajar melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ahmadi (1997: 53) yaitu salah satu syarat metode pembelajaran
yang baik harus membangkitkan motif atau gairah belajar. Dengan adanya metode
pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi maka siswa akan memperbesar
usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang optimal. Siswa yang kehilangan
motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajar.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa hiporesis 6 dan 7 yang menyatakan
bahwa lingkungan sekolah dan keluarga berpengaruh langsung terhadap prestasi
tidak dapat diterima. Ini terbukti dari perolehan nilai C.R untuk lingkungan
sekolah yaitu -0,937 pada interval -1,96 sampai dengan 1,96 dengan probabilitas
0,349 > 0,05 dan nilai C.R untuk lingkungan keluarga yaitu -0,130 pada interval -
1,96 sampai dengan 1,96 dengan probabilitas 0,896 > 0,05. Hal ini berarti
118
hipotesis 6 dan 7 ditolak karena tidak signifikan yang menunjukkan lingkungan
sekolah dan keluarga tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar. Dari
data ini bukan berarti bahwa lingkungan sekolah dan keluarga tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar, akan tetapi lingkungan sekolah dan keluarga
berpengaruh terhadap prestasi sifatnya tidak langsung yaitu melalui motivasi
belajar sebagai variabel perantara. Ini artinya lingkungan sekolah dan keluarga
mempengaruhi motivasi belajar dan dengan motivasi belajar inilah berdampak
pada prestasi belajar siswa. Adanya pengaruh lingkungan sekolah dan keluarga
terhadap prestasi belajar sejalan dengan pendapat Darsono (2000: 67) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kondisi lingkungan.
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.
Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ,ada tiga
yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Berarti unsur-unsur yang
mendukung atau menghambat dapat berasal dari ke tiga lingkungan tersebut.
Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana , perlu ditata dan dikelola
supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar atau termotivasi untuk
belajar. Begitu juga dengan lingkungan keluarga, sedemikian rupa keluarga harus
menciptakan suasan rumah yang harmonis, tenang dan menyenangkan serta
menyediakan kebutuhan-kebutuhan siswa untuk belajar sehingga anak akan
merasa betah di rumah karena sebagian besar waktu anak di habiskan dirumah.
Dengan demikian anak akan termotivasi untuk belajar.
4.8.2 Pengaruh metode pembelajaran, lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga dan motivasi terhadap prestasi belajar
Berdasarkan hasil analisis SEM, menunjukkan bahwa metode pembelajaran
berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar. Artinya metode
119
.pembelajaran tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
belajar, dan motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar
siswa. Metode pembelajaran ternyata berpengaruh tidak langsung terhadap
prestasi belajar sebesar 43,99%.
Tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran, lingkungan sekolah pun
ikut memberikan kontribusi yang nyata terhadap prestasi belajar, namun sifatnya
tidak secara langsung. Ini artinya kondisi lingkungan sekolah mempengaruhi
motivasi belajar siswa dan dengan motivasi inilah berdampak pada prestasi belajar
siswa. Hal ini disebabkan karena baik buruknya lingkungan sekolah dipersepsi
oleh siswa yang mempengaruhi motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang
secara langsung berpengaruh pada prestasi siswa. Dari hasil analisis ditunjukkan
bahwa lingkungan sekolah secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
prestasi belajarnya sebesar 10,79%.
Lingkungan keluarga yang merupakan bagian dari siswa selain di sekolah
juga memberikan andil yang nyata terhadap keberhasilan siswa dalam belajar,
namun lingkungan ini juga berdampak tidak secara langsung. Kondisi lingkungan
keluarga dapat mempengaruhi secara langsung motivasi belajar. Dengan motivasi
tersebut dapat menentukan prestasi yang dicapai siswa. Hal ini disebabkan karena
keluarga adalah tempat pertama kali siswa berinteraksi sehingga akan membentuk
pola tingkah laku siswa, termasuk belajar siswa. Lingkungan keluarga
mempengaruhi motivasi baru kemudian mempengaruhi prestasi belajar. Dari hasil
analisis terlihat bahwa lingkungan keluarga berpengaruh tidak langsung terhadap
terhadap prestasi belajar sebesar 27,39%.
120
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
simpulan antara lain:
1. Motivasi belajar siswa di SMK Bina Negara Gubug dalam kategori tinggi,
kecuali indikator kesenangan memecahkan soal-soal akuntansi masih
tergolong rendah karena masih banyak siswa yang merasa akuntansi pelajaran
yang sulit.
2. Metode pembelajaran guru akuntansi di SMK Bina Negara Gubug dalam
kategori tinggi, kecuali dalam hal membangkitkan keinginan belajar lebih
lanjut masih tergolong rendah karena metode pembelajaran yang digunakan
guru Belum tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukung.
3. Lingkungan sekolah di SMK Bina Negara Gubug dalam kategori
tinggi,kecuali demikian masih ada indikator yang masih tergolong rendah
yaitu relasi siswa dengan siswa karena siswa belum menunjukkan keakraban
baik dengan teman sekelas maupun dengan kelas yang lain.
4. Lingkungan keluarga siswa SMK Bina Gubug dalam kategori tinggi,
meskipun pada indikator suasana rumah yang masih tergolong rendah karena
usaha orang tua kuran optimal dalm menciptakan suasana belajar di rumah..
5. Prestasi belajar dalam kategori tuntas cukup dengan nilai rata-rata 7,39. Dari
100 siswa terdapat 73% siswa yang dalam kategori tuntas cukup, 10%
tergolong tuntas baik dan masih ada 17% dalam kategori belum tuntas
151
121
6. Berdasarkan hasil analisis SEM menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung
antara metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga
terhadap motivasi belajar siswa dan akhirnya motivasi belajar berpengaruh
terhadap prestasi prestasi. Ada pengaruh tidak langsung antara metode
pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar dengan melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian disarankan bagi siswa, guru, sekolah dan orang tua
sebagai berikut:
1. Indikator senang memecahkan soal akuntansi dalam kategori rendah, maka
disarankan bagi guru hendaknya memberikan latihan-latihan soal akuntansi
dimulai dari soal yang mudah agar siswa mudah mengerti, bagi siswa
hendaknya rajin mengerjakan PR yang diberikan guru dan bagi orang tua
hendaknya lebih memperhatikan anaknya ketika sedang belajar.
2. Rendahnya metode pembelajaran dalam membangkitkan keinginan belajar
lebih lanjut, maka di sarankan bagi guru hendaknya dapat meningkatkan
metode pembelajaran yang digunakan agar dapat membangkitkan keinginan
siswa untuk belajar lebih lanjut, yaitu dengan menggunakan metode
pembelajaran bervariasi yang tentunya dengan menyesuaikan antara materi
dan metode yang digunakan agar siswa lebih lebih tertarik untuk belajar lebih
lanjut tentang akuntansi Guru tidak boleh melupakan pemberian umpan balik
baik berupa penghargaan baik berupa nilai maupun perngharagaan bagi yang
berhasil menyelesaikan tugas, serta memberi sanksi bagi siswa yang tidak
122
menyelesaikan tugasnya. Pemberian tugas perlu secara kontinu, sehingga
diharapkan dapat membentuk kesadaran siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Siswa hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis antara teman sekelas
maupun kelas yang lain dengan lebih banyak mengenal teman baik satu kelas
maupun dengan kelas yang lain, selain itu siswa diharapkan meningkatkan
komunikasi antar siswa.
4. indikator pengertian suasana rumah masih tergolong rendah, maka
disarankan bagi orang tua untuk memciptakan suasana rumah yang
mendukung kegiatan belajar dirumah.dengan demikian siswa akan lebih
bersemangat dalam belajar dengan adanya suasana rumah yang tenang,
nyaman dan menyenangkan sehingga akan meningkatkan motivasi belajarnya.
123
121
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
simpulan antara lain:
1. Motivasi belajar siswa di SMK Bina Negara Gubug dalam kategori tinggi,
kecuali indikator kesenangan memecahkan soal-soal akuntansi masih
tergolong rendah yang disebabkan masih banyak siswa yang merasa akuntansi
pelajaran yang sulit, metode pembelajaran kurang membangkitkan siswa
belajar lebih lanjut dan tidak tersedianyan laboratorium akuntansi.
2. Metode pembelajaran guru akuntansi di SMK Bina Negara Gubug dalam
kategori tinggi, kecuali dalam hal membangkitkan keinginan belajar lebih
lanjut masih tergolong rendah yang disebabkan metode pembelajaran yang
digunakan guru belum bervariasi, guru kurang mengkorelasikan antara
pelajaran yang dipelajari dengan materi selanjutnya dan kurangnya sarana
pendukung.
3. Lingkungan sekolah di SMK Bina Negara Gubug dalam kategori
tinggi,kecuali indikator relasi siswa dengan siswa masih tergolong rendah
yang disebabkan siswa belum menunjukkan keakraban baik dengan teman
sekelas maupun dengan kelas yang lain, guru kurang merangsang siswa dalam
penggunaan metode yang memungkinkan siswa saling berkomunikasi.
122
4. Lingkungan keluarga siswa SMK Bina Gubug dalam kategori tinggi,
meskipun pada indikator suasana rumah masih tergolong rendah yang
disebabkan usaha orang tua kuran optimal dalam menciptakan suasana belajar
yang tenang dan nyaman .
5. Prestasi belajar dalam kategori tuntas cukup dengan nilai rata-rata 7,39. Dari
100 siswa terdapat 73% siswa yang dalam kategori tuntas cukup, 10%
tergolong tuntas baik dan masih ada 17% dalam kategori belum tuntas.
6. Ada pengaruh positif metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan
lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar, selanjutnya motivasi berlajar
berpengaruh langsung terhadap prestasi yang dicapai oleh siswa sebesar 83%.
7. Metode pembelajaran berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar
dengan melalui motivasi belajar sebesar 43,99%..
8. Lingkungan sekolah berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar
dengan melalui motivasi belajar sebesar 10,79%.
9. Lingkungan keluarga berpengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar
dengan melalui motivasi belajar sebesar 27,39%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian disarankan bagi siswa, guru, sekolah dan orang tua
sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya rajin mengerjakan latihan-latihan soal akuntansi dimulai
dari soal yang sederhana agar lebih mudah mengerti dan siswa hendaknya
rajin mengerjakan PR yang diberikan guru, serta siswa hendaknya
123
membentuk belajar kelompok agar lebih mudah memahami konsep akuntansi
dan bisa meningkatkan relasi antar siswa.
2. Bagi guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran bervariasi yang
tentunya dengan menyesuaikan antara materi dan metode serta metode yang
digunakan hendaknya bisa meningkatkan komunikasi antar siswa.
3. Bagi pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana pendukung yaitu
laboratorium akuntansi agar siswa lebih teransang untuk belajar akuntansi
lebih lanjut.
4. Bagi orang tua hendaknya menciptakan suasana rumah yang tenang, nyaman
dan menyenangkan yang bisa mendukung belajar siswa dirumah, serta orang
tua hendaknya lebih memberikan perhatian dan motivasi ketika anak sedang
belajar.